Wednesday, September 11, 2013

Kisah Terbaik dalam Al-Quran: Nabi Yusuf AS



 
 “Alif, laam, raa. Ini adalah ayat-ayat Kitab (Al Quran) yang nyata (dari Allah). Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Al Quran dengan berbahasa Arab, agar kamu memahaminya. Kami menceritakan kepadamu kisah yang paling baik dengan mewahyukan Al Quran ini kepadamu, dan sesungguhnya kamu sebelum (Kami mewahyukan) nya adalah termasuk orang-orang yang belum mengetahui. (Ingatlah), ketika Yusuf berkata kepada ayahnya: “Wahai ayahku, sesungguhnya aku bermimpi melihat sebelas bintang, matahari dan bulan; kulihat semuanya sujud kepadaku.” Ayahnya berkata: “Hai anakku, janganlah kamu ceritakan mimpimu itu kepada saudara-saudaramu, maka mereka membuat makar (untuk membinasakan) mu. Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia.” Dan demikianlah Tuhanmu, memilih kamu (untuk menjadi Nabi) dan diajarkan-Nya kepadamu sebahagian dari ta’bir mimpi-mimpi dan disempurnakan-Nya nikmat-Nya kepadamu dan kepada keluarga Ya’qub, sebagaimana Dia telah menyempurnakan nikmat-Nya kepada dua orang bapakmu sebelum itu, (yaitu) Ibrahim dan Ishak. Sesungguhnya Tuhanmu Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (QS. Yusuf; 1-6)
Kisah Nabi Yusuf AS diabadikan Allah dalam satu surat khusus dalam Al-Qur’an yang juga bernama Surat Yusuf. Kisah ini merupakan kisah terbaik dalam Al-Qur’an. Kisah Nabi Yusuf merupakan kisah terpanjang di Qur’an yang diceritakan secara berurutan dan dalam satu surat penuh. Ceritanya sangat manusiawi, artinya sangat mungkin terjadi di kehidupan saat ini dan bisa menjadi teladan bagi kita yang hidup di zaman sekarang. Kisah ini berujung pada akhir yang bahagia dan dari sana kita dapat mengambil nilai penting yaitu bahwa setiap perubahan tidak selalu harus melalui cara peperangan. Perubahan bisa dilakukan dengan mengubah suatu sistem dari dalam. Itulah alasan-alasan mengapa kisah ini menjadi kisah terbaik.
Sebuah kisah yang memberikan banyak nilai bagi kita terutama untuk menjadi pedoman dalam melakukan perubahan. Kita bisa mengambil kata kunci dari kisah ini bahwa ketika kita hendak mengubah suatu sistem dari dalam maka kita harus memiliki kredibilitas kepada penguasa saat itu dengan cara meningkatkan kapabilitas dan kapasitas intelektual dan moral. Mudahnya, kita harus menjadi tangan kanan penguasa. Bukan tunduk kepadanya tetapi kita tunjukkan bahwa diri kita pantas untuk menjadi seorang pemimpin yang adil.
Prinsip dalam mengubah sistem dari dalam ialah kita harus memiliki perencanaan jangka panjang yang jelas. Pada dasarnya reformasi dilakukan tidak serta merta seperti revolusi. Ia membutuhkan periode waktu yang bisa jadi melibatkan banyak generasi. Oleh karena itu diperlukan adanya mentor agar proses pewarisan antar generasi berjalan dengan baik. Rencana jangka panjang itu hendaknya disusun secara detail sesuai timeline. Rencana tersebutlah yang menjadi bingkai kita dalam menjalani proses reformasi.
Ketika kita hendak melakukan perubahan dari dalam maka kita harus mempersiapkan pula orang-orang yang terbaik. Bukan hanya terbaik, tapi terbaik dari yang terbaik. Hal ini penting mengingat perubahan ini dilakukan dalam jangka panjang dan melibatkan banyak orang sehingga dalam proses pewarisannya harus benar-benar murni secara prinsip dan pemahaman agar antar generasi tidak saling miss dan alur perubahan itu tetap terjaga.
Sosok yang dibentuk ini juga memiliki jiwa petarung yang handal. Ia harus mampu menangkal segala perlawanan dari pihak-pihak yang memusuhinya. Wajar saja, karena setiap orang yang hendak membawa perubahan dalam suatu sistem pada awalnya pasti akan mendapat perlawanan dari pihak oposisi. Seperti pada kisah Yusuf AS beliau adalah seorang keturunan Nabi. Ayahnya, kakeknya, buyutnya pun seorang Nabi. Ia oleh Allah telah dirancang untuk membawa perubahan bagi Bani Israil. Namun, bagi ke sebelas saudaranya Yusuf dianggap mengancam eksistensi mereka di hadapan ayahnya. Oleh karenanya mereka hendak menyingkirkan Yusuf dari dunia persilatan. Yusuf pun dibuang ke dasar sumur dan ia ditemukan oleh pedagang yang melewati sumur itu. Di sini Yusuf mengalami sebuah tantangan besar. Ia dimusuhi oleh saudara-saudaranya sendiri. Bahkan ketika itu ia masih kecil, masih belum paham apa-apa.
Kemudian Yusuf menjadi barang dagangan yang ujungnya, ia dibeli oleh seorang raja. Yusuf pun tumbuh dewasa, ia menjadi pemuda yang sangat tampan. Sampai suatu ketika ia difitnah oleh istri raja dan dijebloskan ke penjara. Inilah bentuk penempaan baru bagi seorang agent of change. Ia akan mengalami pergulatan dengan berbagai kenyataan sosial dan politik yang berat, kompleks, kompetitif, dan penuh konflik. Yusuf difitnah, padahal istri rajalah yang menggodanya. Ia masuk penjara yang kemudian di sanalah justru titik kebangkitan itu muncul. Ia bertemu dua orang yang bermimpi aneh. Kemudian Yusuf menerangkan kepada mereka arti mimpi itu dengan mengambil janji bahwa ketika mereka telah keluar nanti mereka akan memberitahu raja bahwa dirinya tidak bersalah. Setelah sekian lama Yusuf menunggu akhirnya ia dibebaskan karena informasi dari salah satu orang tadi yang memberitahu raja bahwa Yusuf mampu menakwilkan mimpi sang raja. Dan inilah sikap Yusuf. Ia tidak serta merta menerima putusan raja. Ia ingin memastikan bahwa dirinya tidak bersalah dengan meminta pada raja untuk mengumumkan kebenaran tentang fitnah yang menimpanya. Ia ingin kebenaran itu terungkap sejelas-jelasnya. Maka raja pun melakukannya. Nah, inilah semestinya sikap dari seorang pembawa perubahan. Ketika ia dijatuhkan, ia tidak menyerah. Ia tidak menerima begitu saja keputusan dari penguasa, tetapi ia harus mengklarifikasi dahulu tentang masalahnya. Ia memastikan dahulu bahwa namanya telah bersih dari tuduhan-tuduhan dan fitnah.
Sebagai seorang pemuda, hendaknya kita tetap menjadi kaum yang idealis, di manapun. Ketika kita berinteraksi dengan birokrasi maka semestinya memiliki mental untuk mengubah kondisi di dalamnya. Maka ujian terbesar kaum reformis adalah harta, tahta, wanita. Kalau saja Yusuf tergoda dengan istri raja, maka berakhirlah kisah indah itu. Jika Yusuf begitu saja menerima pembebasan dan permintaan Raja untuk menakwilkan mimpi, maka selesailah tugas mulianya. Kita harus meneladani sikap-sikap tersebut. Dalam mengatasi ujian-ujian itu hendaknya kita memperkuat rasa takut kita pada Allah, meningkatkan sikap amanah dan tanggungjawab terhadap segala aktivitas kita, dan sadar akan resiko dari setiap keputusan kita. Selain itu, kita harus memelihara konsistensi sikap dan misi perjuangan ini dalam kondisi apapun.
Jangan takut untuk mempertahankan objektivitas dan kebenaran. Kebenaran menjadi satu-satunya posisi tawar kita dengan kekuasaan. Tujuan masuknya kita ke sistem bukan untuk ‘menjual’ kebenaran kepada penguasa, tapi untuk mengungkapkan kebenaran dengan sebenar-benarnya…
“Berani karena benar, takut karena salah…”
Rahsia Ayat Pengasih Nabi Yusuf
Saya nak share dengan kengkawan di luar sana bagi sesiapa yang masih belum mengetahui tentang perkara ini. kawan saya yang bagi info ni. Thanks to my fren.
Marilah kita amalkan ayat pengasih surah Yusuf ayat 4 dan Surah Thahaa ayat 39 seperti di bawah ini. Bagi sesiapa yang sudah mengamalkan, Alhamdulillah... teruskan.. Ayat ini adalah ayat pengasih bagi mengeratkan lagi hubungan suami isteri dan ianya juga boleh untuk anak-anak (so that anak hormat kita sebagai ibu bapa mereka), keluar dan sahabat handai.

"Idz Qaala Yuusufu Li Abiihi Yaa Abati Inni Ra Aitu Ahada' Asyara Kaukabauw Wasy Syamsa Wai Qamara Ra aituhum Lii Sajidin"


Maksudnya: Ingatlah ketika Yusuf berkata kepada ayahnya,"Wahai Ayahku, sesungguhnya aku bermimpi melihat sebelas buah bintang, matahari dan bulan kelihatan semuanya sujud kepadaku..."


Kemudian sambung Surah Thaaha Ayat 39


"Wa-alqaytu 'Alayka Mahabbatan Minnii Walitushna' 'Alaa 'Ainii"
Maksudnya: "Dan aku telah melimpahkan kepadamu kasih sayang yang datang dariku, dan supaya kamu diasuh di bawah pengawasanku."

Caranya
Setiap kali bertemu atau bersua dengan kekasih/isteri/suami, bacalah kedua ayat ini. Untuk mendapatkan kesan yang baik, hendaklah diamalkan selalu membaca dihadapannya. Tidak perlu membaca dengan kuat, memadailah dengan hanya membaca di dalam hati. Selain itu agar dikasihi masyarakat, bacalah kedua-dua ayat ini setiap kali lepas solat sebanyak 3 kali.

*Penting! Anda dilarang sama sekali menggunakan ayat ini dengan tujuan yang tidak baik

No comments: