Sunday, March 31, 2013

Bacaan Doa Qunut Dalam Jawi dan Rumi.


Assalamualaikum
Andai kata korang mencari doa qunut yang di baca ketika solat subuh, then koran boleh baca seperti di bawah.

Just in case korang nak check bacaan, korang boleh tengok dalam rumi (pronounce dalam bahasa Melayu) di bawah.

Bacaan Doa Qunut dalam bacaan rumi.

PROGRAM SALING BANTU SESAMA INSAN
LIHAT DISINI :http://goo.gl/92gtW

ILMU FIRASAT DALAM ISLAM




“ Hati- hatilah dengan firasat orang yang beriman, karena dia melihat dengan cahaya Allah “

( HR Tirmidzi dengan sanad lemah ,dalam Al Sunan, Kitab : Tafsir, Bab : Tafsir surat Al Hijr ( hadits 3127 )

Pengertian Firasat

Firasat , kalau kita kaji dengan teliti, ternyata terdapat di dalam ajaran Islam. Dalilnya, selain hadits di atas, adalah beberapa ayat Al Qur’an yang menyentuh masalah firasat tersebut, diantaranya adalah firman Allah:

“ Sesungguhnya pada peristiwa itu terdapat tanda- tanda bagi orang – orang yang “ Al Mutawassimin “ ( QS Al Hijr : 75 )

Al Mutawasimin menurut pengertian ulama adalah orang-orang yang mempunyai firasat, yaitu mereka yang mampu mengetahui suatu hal dengan mempelajari tanda-tandanya.

Sebagaimana firman Allah :

“ Sekiranya Kami kehendaki, niscaya Kami tunjukkan mereka kepadamu, sehingga kamu benar- benar mengetahui mereka dengan tanda- tandanya “ ( Qs Muhammad : 30 )

Allah juga berfirman :

“ Orang – orang yang bodoh menyangka mereka adalah orang kaya, karena mereka memelihara diri dari meminta- minta , kamu mengetahui mereka dengan tanda- tandanya “ ( QS Al Baqarah : 273 )

Walaupun hadits di atas sanadya lemah, namun makna dan artinya tidak bertentangan dengan ajaran Islam . Banyak hal yang membuktikan bahwa orang yang beriman mampu memandang sesuatu dengan tepat dan akurat. Karena Allah memberikan kekuatan kepada orang yang beriman kepada-Nya , yang mana hal itu tidak diberikan kepada orang lain.

Kekuatan yang diberikan Allah tersebut, tidak hanya terbatas kepada cara memandang, melihat, memutuskan suatu perkara ataupun mencarikan jalan keluar. Akan tetapi, kekuatan tersebut mencakup seluruh aspek kehidupan ini. Orang yang beriman mempunyai kelebihan kekuatan dalam bersabar menghadapi ujian dan cobaan, karena dia yakin bahwa hanya Allah-lah yang mampu menyelamatkan dan memberikan jalan keluar dari ujian tersebut, sekaligus berharap dari ujian tersebut, bahwa dia akan mendapatkan pahala di sisi-Nya dan akan menambah ketinggian derajatnya di akherat kelak. Apalagi tatkala dia mendengar hadits yang menyatakan :

“ Jika Allah mencintai hamban-Nya , niscaya Dia akan mengujinya “,

tentunya , dia akan bertambah sabar , tabah dan tegar.

Di dalam peperangan, orang yang berimanpun mempunyai stamina dan keberanian yang lebih, karena mati syahid adalah sesuatu yang didambakan. Mati mulia yang akan mengantarkannya kepada syurga nan abadi tanpa harus dihisab dahulu. Belum lagi nilai jihad yang begitu tinggi, yang merupakan “ puncak “ ajaran Islam, suatu amalan yang kadang, bisa menjadi wasilah ( sarana ) untuk menghapuskan dosa-dosanya, walaupun dosa tersebut begitu besar, seperti yang dialami oleh Ibnu Abi Balta’ah seorang sahabat yang terbukti berbuat salah, dengan membocorkan rahasia pasukan Islam yang mau menyerang Makkah. Ke-ikut sertaannya dalam perang Badar, ternyata mampu menyelamatkannya dari tajamnya pedang Umar ibnu Khottob.

Dalam bidang keilmuan, tentunya keimanan seseorang mempunyai peran yang sangat urgen di dalamnya. Masalah keilmuan ini ada kaitannya dengan masalah firasat, yang merupakan pembahasan kita kali ini. Allah berfirman :

“ Dan bertaqwalah kamu kepada Allah, dan Allah mengajarimu “ ( QS Al Baqarah : 282 )

Ayat di atas menunjukan bahwa barang siapa yang bertaqwa kepada Allah, niscaya Allah akan mengajarinya( memberikan ilmu kepadanya ).Kalau orang – orang awam sekarang menyebutnya dengan “ Ilmu Laduni “ , yaitu ilmu yang diberikan Allah kepada seseorang tanpa melalui proses belajar, yang wajar dilakukan orang. Hakekat Ilmu Laduni ini sudah kita terangkan pada pembahasan sebelumnya.

Di sana juga, terdapat hadits yang mendukung ayat di atas, yaitu hadits yang berbunyi :

“ Barang siapa yang mengajarkan Al Qur’an , niscaya Allah akan mengajarkan sesuatu yang belum ia ketahui “

Artinya : Mengajarkan Al Qur’an adalah salah satu dari kegiatan yang menambah ketaqwaan atau keimanan seseorang kepada Allah, sehingga dengan amalan tersebut Allah akan membalasnya dengan mengajarkan kepadanya sesuatu yang ia belum mengetahuinya.

Salah seorang sahabat Nabi Muhammad saw pernah berkata : “ Seorang yang alim melihat fitnah ( kekacauan dan sejenisnya ) sebelum datang, sedang orang yang jahil melihat fitnah setelah terjadi “ . Maksudnya , bahwa orang yang alim ( tentunya disertai dengan keimanan dan ketaqwaan kepada Alah ) mempunyai firasat atau pengetahuan akan sesuatu yang akan terjadi, sedang orang yang bodoh dan tidak bertaqwa kepada Allah , tidak mengetahuinya kecuali setelah peristiwa tersebut terjadi. Ini bukan berarti sang alim tadi mengetahui hal- hal yang ghoib dengan begitu saja, akan tetapi artinya bahwa dia mengetahuinya dengan tanda- tanda ( firasat ) yang telah diberikan Allah kepadanya, atau tanda-tanda tersebut telah disebutkan Allah di dalam kitab suci-Nya dan hadits nabi-Nya.

Beberapa Contoh Firasat yang benar

Sekedar contoh, bahwa seorang alim akan mengetahui runtuhnya suatu bangsa, atau terjadinya malapetaka mengerikan yang akan menimpa pada suatu tempat, dengan melihat tanda- tandanya, seperti menyebarnya perzinaan dengan cara yang terang-terangan, merebaknya perbuatan liwath atau homosex, semaraknya riba di bank- bank dan di pasar- pasar, serta perbuatan –perbuatan sejenis, yang kesemuanya itu akan mendatangkan murka Allah dan mengakibatkan turun adzab dari langit. Penyakit “ AIDS ” , yang sampai sekarang belum ada obatnya, merupakan bukti nyata akan statement di atas. Di tambah muncul wabah baru yang mengerikan dan pemburu nyawa yang ditakuti oleh semua orang, yaitu wabah “ SARS “ yang membuat kalang kabut negara- negara maju. Terakhir penyakit ini, malah menyerang tentara Amerika yang menjajah Irak.

Terpuruknya bangsa- bangsa yang ada adalah akibat jauhnya mereka dari ajaran Islam , termasuk di dalamnya negara Indonesia, yang terus – menerus mengumbar kemaksiatan, meraup harta- harta hasil korupsi dan menebar kejahatan riba serta memerangi Islam dengan terang- terangan. Dan sebentar lagi adalah negara Amerika Serikat yang sedang sekarat dan terpuruk dengan berbagai persoalan dalam dan luar negri . Negara ini konon telah memberikan lampu hijau bagi kaum homosex untuk mempraktekan kebejatannya, ini adalah salah satu indikasi bagi “Al-Mutawassimin “ 
( orang – orang yang mempunyai firasat ) bahwa negara tersebut telah berada pada jurang kehancuran.

Allahpun sebenarnya telah memberikan contoh ilmu firasat ini dengan sangat jelas , sebagaimana yang tertera pada ( Q.S Al Hijr, ayat :75) diatas. Alur pembicaraan ayat tersebut, ternyata berkenaan dengan peristiwa atau kemaksiatan yang di lakukan oleh kaum Luth, suatu bangsa yang pertama kali mengajarkan “ homosex “ kepada manusia, sehingga di hukum oleh Allah dengan dibaliknya kota Soddom dan dihujani dengan batu- batu besar.

Sesungguhnya hal itu terdapat tanda- tanda bagi orang – orang yang mempunyai firasat.

Tanda- tanda ( firasat ) yang digunakan oleh seorang yang alim untuk mengetahui sebuah peristiwa, bukan hanya berupa “ fahisah “ ( kemaksiatan seperti zina dan sejenisnya ) saja, akan tetapi tanda-tanda itu bisa juga berupa penyelewengan dari manhaj Al Quran secara umum dan penyelewengan dari disiplin ilmu yang benar, walaupun kadang, penyelewengan tersebut dilakukan dengan tidak sengaja, seperti : tidak adanya amar ma’ruf dan nahi mungkar didalam suatu masyarakat, atau bahkan ada perbuatan amar ma’ruf dan nahi mungkar, tetapi tidak dilandasi dengan ilmu syar’I yang benar .Kita lihat umpamanya, Bani Israel mendapatkan laknat dan adzab dari Allah karena mereka meninggalkan Amar Ma’ruf Nahi Mungkar.

Bahkan kesalahanan seorang pemimpin dalam berijtihadpun bisa dijadikan tanda bagi orang yang mempunyai firasat bahwa hal itu akan menyebabkan malapetaka. Inilah salah satu bentuk firasat yang dimiliki oleh Ibnu Umar ra, ketika melepas Husein bin Ali ra – walaupun dengan sangat berat hati – berangkat ke Iraq untuk memenuhi ajakan penduduk Iraq yang ingin membai’atnya jadi kholifah , beliau berkata kepada Husein bin Ali ra:

“ Saya menitipkanmu kepada Allah , wahai orang yang akan terbunuh “.

Firasat Ibnu Umar mengatakan bahwa Husein akan terbunuh dalam perjalanan menuju Iraq tersebut, ternyata menjadi kenyataan . Terjadilah peristiwa mengenaskan yang ditulis sejarah dengan lumuran darah , yaitu pembantaian terhadap Husein ra, cucu Rosulullah saw dan rombongannya di “ Karbela “ , yang akhirnya menimbulkan luka mendalam pada seluruh umat Islam bahkan menimbulkan fitnah yang berkepanjangan hingga hari ini.

Para sahabat lainnya juga mempunyai firasat yang benar, seperti yang dimiliki oleh Abu Musa Al Asy’ari ra, ketika melihat perselisihan antara Muawiyah dan Ali di dalam menentukan sikap terhadap para pembunuh kholifah Utsman bin Affan. Beliau melihat perselisihan tersebut sebagai bibit fitnah yang harus dijauhi, sehingga beliau dengan beberapa sahabat senior lainnya, seperti Sa’ad bin Abi Waqas, Ibnu Umar, Usamah bin Zaid, Abu Bakroh, Salamah bin Akwah, Abu Huroirah, Zaid bin Tsabit dan lainnya, menolak untuk ikut campur dalam peperangan antara kedua kelompok umat Islam tersebut. Dan sikap inilah yang lebih dibenarkan oleh beberapa ulama “ muhaqiqin “ dari dua kubu lainnya, yaitu kubu Ali bin Abi Tholib ra dan kubu Muawiyah ra. Walaupun mayoritas Ulama lebih membenarkan kubu Ali bin Abu Tholib ra, tetapi pendapat tersebut kurang kuat, karena ada riwayat yang menyatakan penyesalan Ali bin Tholib terhadap sikap yang beliau ambil di dalam menghadapi fitnah ini, yaitu setelah perang Siffin yang mengorbankan ribuan putra- putra terbaik umat Islam itu selesai.

Begitu juga firasat yang dirasakan oleh kholifah Utsman bin Affan ra, ketika seseorang datang menemuinya , beliau mengatakan :

“ Salah satu dari kalian menemuiku , sedang perbuatan zina nampak pada matanya “

Mendengar perkataan tersebut, spontas saja, yang hadir di situ mengatakan : “ apakah pernyataan tuan tersebut, merupakan wahyu dari Allah ? “ . Kholifah Utsman menjawab : “ Bukan, akan tetapi itu adalah firasat yang benar “ .

Juga, sebelum beliau meninggal dunia karena terbunuh, beliau merasakan bahwa ajalnya telah dekat dan dia akan mati terbunuh, maka beliau mengambil sikap untuk tidak mengadakan perlawanan ketika segerombalan orang masuk ke rumahnya, serta menolak bantuan yang di tawarkan oleh beberapa pengawal dan sahabatnya. Beliau ingin menghindari pertumpahan darah antara kaum muslimin, yang ujung-ujungnya, beliau jugalah yang akan menjadi korbannya.

Menentukan Hukum dengan Firasat

Bukan sampai di situ saja, firasatpun kadang bisa digunakan di dalam memutuskan suatu masalah. Yang perlu diingat kembali, maksud firasat di sini adalah firasat yang benar, yang merupakan tanda- tanda atau bukti- bukti yang hanya bisa diketahui oleh orang – orang tertentu dan tentunya bisa dicerna oleh akal sehat.

Salah contohnya, adalah apa yang dilakukan oleh nabi Allah Sulaiman as, ketika dua orang perempuan datang kepada nabi Daud as, untuk menyelesaikan perkara mereka berdua yang masing – masing mempunyai bayi, salah satu bayi dari keduanya dimakan srigala. Kedua- duanya mengaku bahwa bayi yang masih hidup adalah bayinya. Tidak ada satupun dari mereka mau mengalah dan ironisnya lagi, tidak ada tanda satupun untuk bisa dijadikan bukti dalam perkara tersebut. Setelah berpikir sejenak, nabi Daud as akhirnya memutuskan bahwa bayi tersebut milik perempuan yang lebih tua. Apa yang dijadikan dasar oleh nabi Daud as, sehingga mengambil keputusan tersebut ? Barangkali karena pertimbangan umur, atau karena Nabi Daud as sejak pertama kali melihat bahwa bayi tersebut selalu dalam dekapan ( gendongan ) perempuan yang tua. Keadaan seperti itu dijadikan Nabi Daud as, sebagai dasar pijakan untuk memutuskan bahwa anak tersebut milik perempuan yang mendekapnya. Dan teori ini dibenarkan di dalam Hukum Islam.

Namun, ketika kedua perempuan tersebut mendatangi Nabi Sulaiman as, dan menceritakan duduk perkaranya. Karena tidak ada bukti, Nabi Sulaiman as berpikir sejenak. Dan tanpa banyak bicara, beliau segera memerintahkan anak buahnya untuk mengambil pedang. Setelah pedang yang terhunus tersebut di tangan nabi Sulaiman as, beliau menyarankan agar salah satu dari dua perempuan tersebut untuk mengalah, sebelum pedang tersebut diayunkan ke tubuh bayi mungil, untuk kemudian dibagi menjadi dua bagian supaya adil. Sampai di situ, kedua perempuan tadi tidak bergeming dari pendiriannya masing-masing. Mereka mengira bahwa nabi Sulaiman tidak mungkin berbuat setega itu. Namun, ketika perempuan yang lebih muda melihat Nabi Sulaiman ra, serius dan tidak main- main dengan ancamannya, serta hendak mengayunkan pedangnya persis di tengah tubuh bayi tersebut, tiba- tiba dia berteriak : “ Jangan engkau laksanakan wahai nabi Allah Sulaiman, mudah- mudahan Allah memberikan rohmat kepadamu, saya nyatakan bahwa bahwa anak tersebut milik perempuan yang lebih tua dariku “. Mendengar teriakan tersebut, Nabi Sulaiman tersenyum dan tidak meneruskan rencananya tersebut. Kemudian memutuskan bahwa bayi tersebut adalah milik perempuan yang lebih muda.

Nabi Sulaiman dalam memutuskan perkara tersebut, telah menggunakan firasat dan ilmunya bahwa diamnya perempuan yang tua, dan menjeritnya perempuan yang lebih muda serta tidak sampai hatinya dia menyaksikan anak tersebut dibelah menjadi dua, merupakan bukti atau tanda yang sangat kuat bahwa anak tersebut milik perempuan muda . Bahkan bukti- bukti seperti itu, jauh lebih kuat dari pada sekedar pengakuan perempuan muda sendiri yang menyatakan bahwa anak tersebut bukan anaknya, tapi anak perempuan yang lebih tua. Peristiwa ini bisa dilihat di dalam buku Shohih Bukhori, Kitab ; tentang para nabi, no ( 3427) dan di Shohih Muslim, Kitab ; peradilan no ( 1720 ) Peristiwa tersebut sangat erat kaitannya dengan firman Allah :

“ Dan ingatlah kisah Daud dan Sulaiman, ketika mereka memberikan keputusan tentang tanaman, karena tanaman tersebut di rusak oleh kambing –kambing kaumnya , dan Kami adalah menyaksikan apa yang mereka putuskan. Adapun Sulaiman telah Kami berikan pengertian ( kepahaman ) terhadap hukum yang tepat, Dan masing- masing dari keduanya , Kami beri hikmah dan ilmu … “ (QS Al Anbiya’ 78-79 )

Dari ayat di atas, sebagian ulama berpendapat bahwa menentukan putusan dalam peradilan dengan tanda- tanda seperti itu, merupakan bagian dari “ al fahmu “ ( pemahaman) atau firasat, bukan sekedar ilmu belaka.

Namun , menurut hemat penulis “ al fahmu” atau firasat sebenarnya tidaklah bertentangan dengan Ilmu Syareat, bahkan “ al fahmu “ sendiri merupakan bagian dari Ilmu Syareat tersebut. Jadi, ilmu yang disebutkan Allah di dalam Qs Al Baqarah : 282 di atas,- yang datang karena ketaqwaan -, termasuk di dalamnya adalah ilmu “ alfahmu “ atau “ firasat yang benar “ .

Contoh lain, adalah apa yang terjadi pada masa kekholifahan Umar ibnu Khottob, ketika datang kepadanya seorang perempuan yang memuji sifat suaminya, seraya berkata : “ Suami saya adalah orang yang paling baik di dunia ini, dia selalu bangun untuk melakukan sholat malam hingga pagi, kemudian dia juga puasa pada siang harinya nya hingga malam “. Kemudian perempuan tersebut tidak sanggup meneruskan perkataannya, karena malu. Setelah perempuan tersebut pulang, berkata Ka’ab bin Suwar , seorang qhodi yang cerdas dari kalangan tab’in , kepada Umar : “ Wahai amirul mukminin, perempuan tadi sebenarnya ingin mengadu kepada tuan “. “ Mengadu tentang apa ? “ , tanya Umar. “ Mengadu tentang kedholiman suaminya “, jawab Ka’ab. “ Kalau begitu panggil mereka berdua dan kamu selesaikan masalahnya “, Jawab Umar tegas. “ Saya yang menyelesaikan urusan mereka, sedang tuan menyaksikannya ? “ tanya Ka’ab ragu. “ Iya, karena firasatmu dapat membaca sesuatu yang saya tidak memperhatikannya “ , jawab Umar ra. Mendengar hal tersebut Ka’ab menjadi tenang dan mulai menyelesaikan problematika kedua suami istri tersebut dengan membacakan firman Allah :

“ Maka hendaklah engkau nikahi wanita- wanita yang engkau senangi : dua , tiga atau empat “ ( QS An Nisa : 3 )

Kemudian Ka’ab berkata : “ Dengan dasar ayat tersebut, maka ( wahai suami ) hendaknya engkau puasa tiga hari saja, adapun hari keempat engkau harus berbuka( tidak puasa ) bersama istrimu, dan hendaknya engkau sholat malam selama tiga malam saja, dan pada malam keempat, engkau harus tidur bersama istrimu “.

Umar bin Khottob berdecak kagum, ketika mendengar keputusan yang diajukan oleh Ka’ab kepada dua orang suami istri tersebut, kemudian berkata : “ Firasatmu yang kedua ini jauh lebih canggih dari yang pertama “. Akhirnya , Umar mengangkatnya sebagai qhodhi di kota Basroh.

Dari keterangan di atas, bisa kita ambil kesimpulan bahwa firasat ternyata terdapat di dalam ajaran Islam, bahkan disebutkan di dalam Al Qur’an dan Hadits serta dilakukan oleh para sahabat dan para pengikutnya. Namun yang perlu di catat di sini, bahwa hal itu bukan berarti setiap orang boleh mengaku bahwa dia mempunyai firasat yang benar atau bahkan memutuskan sesuatu perkara dengan firasat , walaupun tanpa ada tanda- tanda atau bukti- bukti yang bisa di pertangungjawabkan baik secara Hukum Islam , maupun secara logika yang sehat.Karena hadits diatas, yang mengatakan untuk berhati- hati dengan firasat orang beriman , ditambah dengan contoh – contoh yang diutarakan di atas , telah membuktikan bahwa firasat yang bisa di terima adalah firasatnya orang yang beriman, yaitu orang yang benar- benar bertaqwa kepada Allah swt, disertai dengan bekal ilmu syar’I yang mapan.

Hal tersebut, dikuatkan dengan lafadh hadits bagian terakhir yang berbunyi ( karena dia melihat sesuatu dengan cahaya Allah ) maksud dari : “dengan cahaya Allah” di sini adalah dengan ketaqwaan dan dengan ilmu. Karena kalau sekedar mengaku taqwa tanpa bukti, tentunya tidak bisa di terima pengakuannya, karena salah satu bukti dari ketaqwaan adalah ilmu. Beribadah tanpa dasar ilmu bagaikan ibadahnya orang Nasrani (Kristen) yang dicap oleh Allah dengan golongan yang sesat. Seseorang tidak akan bisa beribadah dan bertaqwa kepada Allah dengan baik dan sempurna, kalau tidak mempunyai bekal ilmu yang cukup. Sebaliknya kalau hanya berbekal ilmu saja, tanpa ada keimanan dan ketaqwaan kepada Allah juga tidak akan terwujud sebuah cahaya, karena ia termasuk type orang Yahudi yang di murkai oleh Allah.

Akhirnya, kita mengatakan bahwa firasat yang benar dan yang bisa dipertanggung jawabkan, apalagi yang bisa digunakan sebagai dasar pijakan untuk memutuskan perkara, hanyalah dimiliki oleh orang– orang yang berilmu dan bertaqwa serta beriman.

Semoga Allah menganugrahkan firasat yang benar kepada kita semua. Amien.




PROGRAM SALING BANTU SESAMA INSAN
LIHAT DISINI :http://goo.gl/92gtW

SANG KYAI DAN ILMU PUTIH



Di akhir kepemimpinan presiden Soeharto, terjadi pembunuhan beramai-ulama dan kyai di daerah Jawa Timur. Tragedi pembunuhan tersebut masih belum lenyap dari ingatan kita. Sebagai kaum muslimin, banyak perkara yang boleh kita jadikan pengajaran. Namun pada tulisan ini, ada point penting yang mungkin belum tersentuh oleh banyak pemerhati. Masalah tersebut adalah ilmu putih, sebuah ilmu unik yang yang dimiliki oleh beberapa kyai di tanah Jawa, ilmu ini sering digunakan ketika berlaku pertembungan antara kelompok hitam (para penjahat) dan kelompok putih (sebahagian orang-orang pesantren)

Bagi kita kaum muslimin, sudah sepakat bahawa ilmu hitam merupakan sebahagian daripada alam hitam yang tidak boleh didekati. Tapi untuk ilmu putih, sebahagian kaum muslimin Malaysia masih menganggapnya suatu ilmu biasa, yang setiap orang boleh mempelajarinya. Alasan mereka, bahawa ilmu putih adalah ilmu untuk menegakkan kebenaran, membela yang lemah dan menjaga diri dari serangan-serangan orang-orang jahat. Mereka tidak mahu tahu bagaimana cara-cara mendapatkan imu putih tersebut, atau mungkin sebahagian dari mereka memang tidak tahu cara-cara tersebut. Bagi mereka, sesuatu yang dikerjakan oleh kyai atau orang alim yang mereka segani, adalah sah-sah saja. Sampai sekarang-pun kebanyakan dari kita, khususnya yang bergelut dalam bidang ilmu-ilmu syareah, ataupun ilmu-ilmu eksata, tidak mengetahui istilah ilmu putih tersebut. Paling jauh, yang kita dengar hanya setakat berita atau kisah seorang kyai yang mampu mengetahui orang yang mencuri dengan cara melihat dari sebuah bejana yang berisi air yang telah dibacakan doa-doa tertentu, boleh menyekat tenun, santet dan sihir dll.

Jadi ilmu putih itu hakikatnya seperti apa? Apakah ilmu tersebut merupakan salah satu ilmu yang Islam telah memerintahkan umatnya untuk mencarinya, walaupun sampai ke negeri China? ataukah dia termasuk ilmu hitam yang untuk mendapatkannya perlu dengan bantuan jin? atau ilmu yang menggabungkan ajaran-ajaran Islam dengan bantuan jin dan roh-roh halus yang lain?

Antara Karomah dan Ilmu Putih

Kalau kita runtut Sejarah Islam-khususnya pada tempoh pertama dulu iaitu pada masa keemasannya-yang penuh dengan kemenangan dan kejayaan, akan sukar kita dapati, bahkan mungkin tidak ada seorang sahabat dan tabi'in mempunyai ilmu putih, seperti sekarang ini, apatah lagi ilmu hitam. Mereka hanya bergantung kepada apa yang mereka dapatkan dari Rasulullah saw dengan berpandukan Al Quran dan Hadis sahaja, ... tidak lebih dari itu. Tapi mereka mampu menakluk dua ngara super power pada waktu itu (Rom dan Parsi), mereka mampu berkuasa dan menyebarkan keadilan di alam ini.

Secara sebulat suara oleh ahli sejarah menyatakan bahawa kemenangan-kemenangan yang diraih umat Islam pada waktu itu merupakan keajaiban dunia yang belum pernah terjadi di panggung sejarah kehidupan manusia. Bagaimana tidak, bangsa Arab, bangsa pengembala kambing di tengah-tengah lautan padang pasir yang sangat panas, tak pernah dilirik sedikitpun, bahkan dipandangnya dengan sebelah mata oleh bangsa-bangsa besar pada waktu itu, tiba-tiba muncul hanya dalam masa 10 tahun, mampu menakluk dua Imperium yang telah membina kekuasan mereka selama beratus-ratus tahun lamanya. Hanya dengan keimanan yang benar dan kuat saja, akan muncul karomah-karomah dan hal-hal yang luar biasa, yang jauh kewajaran manusia.

Dan itu semua merupakan bentuk pertolongan Allah kepada hamba-hambaNya yang taat dan konsisten serta istiqomah. Ini juga terjadi pada diri para sahabat secara individu, seperti halnya tongkat kayu milik seorang sahabat yang bernama Usaid bin Hudair yang boleh memancarkan sinar-benderang di tengah-tenah kegelapan. Juga terjadi pada diri Abu Muslim al Khulani, yang dilempar oleh Aswad Al 'Insi (pemimpin kaum murtad) ke api yang membara, kemudian boleh keluar darinya dengan selamat tanpa cacat sedikitpun, juga terjadi pada diri' Alak al Khudrami yang mampu berjalan di atas air ketika menyeberang lautan untuk menakluk pasukan musuh yang ada di negeri seberang.

Karomah-karomah semacam itu, juga berlaku pada orang-orang soleh sebelum kedatangan nabi Muhammad saw, seperti apa yang dialami Maryam, yang mengandung tanpa tersentuh oleh seorang laki-laki, dan selalu mendapatkan makanan di mihrabnya, tanpa seorang pun tahu dari mana asalnya. Begitu juga yang dialami Ashabul Kahfi yang tidur lebih dari 300 tahun lamanya. Semua itu terjadi pada diri mereka tanpa sengaja, itu hanyalah semata-mata pemberian dari Allah swt, kerana keimanan dan keistiqomahan mereka terhadap ajaran-ajaran Allah. Intinya, kehebatan-kehebatan mereka itu bukan kerana mereka mempunyai ilmu putih, sebagaimana yang sering dibanggakan oleh sebahagian orang Islam zaman sekarang.

Beberapa Contoh Ilmu Putih

Masalah Ilmu Putih ini, mengingatkan penulis pada cerita seorang mahasiswa yang mengatakan bahawa bapa saudaranya dahulu pernah mempunyai ilmu putih, kemudian dia bertaubat dan meninggalkannya, kata bapa saudaranya: "ilmu putih itu sebenarnya sama dengan ilmu hitam, cuma bezanya ilmu hitam digunakan untuk kejahatan sedang ilmu putih digunakan untuk kebaikan "Bahkan, kita dapatkan sebahagian orang yang sering disebut kyai, justeru menggunakan jalan yang tidak pernah diajarkan oleh Rasulullah saw untuk mendapatkan ilmu putih semacam ini. Pada musim haji sekitar tahun 1995, kebetulan penulis bertemu dengan penyuluh agama (mursyid haji) di salah satu rombongan haji dari Jawa Tengah. Dia dipercayai oleh jemaah kerana berkali-kali pernah naik haji. Dia pernah berkata: "kalau saya dihadapkan pada suatu masalah, maka saya tidak akan bertindak sampai ada sesuatu yang membisikkan di telinga saya". Mendengar kenyataan itu, penulis bertanya: "bagaimana caranya pak, untuk boleh seperti itu? ". "Kita harus boleh makan nasi putih saja, selama beberapa hari tanpa lauk dan sayur", jawabnya santai.

Ajaran Islam mana, yang menyuruh seseorang hanya makan nasi putih sahaja. Mungkin banyak umat Islam yang akan keluar dari Islam kalau mereka hanya dibolehkan makan nasi putih sahaja, tanpa lauk dan sayur. Kasihan bapak ini, naik haji berpuluh-puluh kali, tapi tidak memahami bahawa haji merupakan bentuk ketundukan dan kepatuhan terhadap ajaran-ajaran Allah, dengan tanpa menambah - nambahnya dengan selera akal dan nafsunya.

Bertepatan itu pula beberapa saat yang lalu, ada seorang pelajar Malaysia mengaku bahawa nenek moyangnya berasal dari Jawa asli, katanya, neneknya menganjurkan kepadanya untuk puasa "mutih" (bukan puasa putih lho). "Menurut anda puasa mutih itu apa? ", Tanya penulis. "Puasa mutih itu berpuasa dalam beberapa hari dan tidak berbuka kecuali dengan nasih putih", jawabnya.

Penulis juga pernah membaca makalah yang berjudul "Ilmu Estu Pamungkas", suatu ilmu yang salah satu cara untuk mendapatkannya perlu berpuasa mutih selama beberapa hari dan beberapa malam, dan dia hanya dibenarkan makan dan minum air putih satu kali saja dalam sehari semalam, iaitu pada waktu tepat tengah malam. Setelah melakukan aksi puasa, maka dia dituntut satu hal lagi, iaitu untuk melakukan puasa ngebleng selama beberapa malam. Puasa ngebleng ini berbeza dengan puasa Pati Geni. Kalau Pati Geni, seseorang harus berdiam diri di suatu bilik yang tertutup tanpa ada seleret sinarpun yang masuk ke dalam bilik. Selama itu pula dia tidak boleh buang kotoran, buang air kecil, makan, dan minum. Tetapi pada puasa ngebleng boleh terdapat sinar yang masuk, hanya kita dilarang keluar bilik sebagaimana Pati Geni, serta tidak boleh makan, minum mahupun buang air besar mahupun kecil selama dia melakukan hal itu.

Konon orang yang mempunyai ilmu Estu Pamungkas ini juga mempunyai larangan dan pantangan, diantara adalah: tidak boleh takbur (sombong) serta mempergunakan ilmu ini untuk merugikan orang lain, seperti merosakkan rumah tangga orang lain, serta dilarang keras menggunakan ilmu tersebut setiap masa. Dari maklumat di atas, nampaknya secara sekilas Ilmu Estu Pamungkas ini adalah Islami, kerana mengajarkan untuk berpuasa dan melarang untuk mengganggu orang lain serta tak boleh takabbur.

Tapi di sisi lain, kita daptkan bahawa cara yang dipakai adalah cara-cara misteri, puasa mutih dan nasi putih. Makanya, lebih tepat kalau amalan-amalan ini kita sebut "talbis al-haq bi al-batil" (salah satu bentuk mencampur-adukkan antara kebenaran dengan kebatilan).

Talbis seperti ini akan sangat berbahaya bagi keutuhan agama Islam, kerana banyak orang awam yang tertipu kepada suatu amalan, yang kelihatannya baik, padahal sebenarnya adalah ajaran gado-gado dari pelbagai keyakinan dan aliran kepercayaan.

Waktu terjadi pembunuhan kyai oleh para ninja, salah satu mahasiswa yang kebetulan sedang berada di Malaysia, tepatnya di salah satu sekolah pondok yang sedang diincar, mengatakan: "Salah satu dari kyai menyuruh seseorang untuk mengejar ninja yang sedang bersembunyi di kubur .... agar para ninja tersebut takut dan lari terbirit-birit, maka orang yang akan mengejar tadi harus telanjang bulat, tanpa sehelai benangpun di atas tubuhnya, lantas aja pengejar tersebut mengikut nasihat kyai tadi, Telanjanglah dia, dan ternyata benar, ketika para ninja tersebut melihat orang telanjang langsung kabur ambil langkah seribu. "

Penulis jadi geli dan risih mendengar cerita tersebut, dari mana orang tadi mengetahui kalau telanjang bulat itu membuat ninja takut? Kalau di Mesir, orang yang berbuat seperti itu (bertelanjang ria), justeru akan menjadi tontonan kanak-kanak kecil. Macam-macam saja orang Islam zaman sekarang ini, benarlah apa yang di predeksikan Rasulullah saw, bahawa salah satu tanda akhir zaman, adalah dihapusnya ilmu syare'ah dengan meninggalnya para ulama yang konsisten dengan ajarannya, kemudian digantikannya dengan orang-orang bodoh dan aneh- aneh. Sehingga yang benar menjadi salah dan salah menjadi benar.

Salah satu masalah yang sering ditanyakan kepada penulis, adalah operasi memburu pencuri dengan kaedah baru (yang sebenarnya sudah kuno), dan mungkin belum pernah dilakukan oleh badan intelejent mana-mana juga, iaitu melalui bekas air yang di bacakan doa atau mantera, dan banyak dipraktikkan di beberapa tempat. Bahkan di sana ada sebuah ilmu yang bernama "Aji Tunggeng Mogok" sebuah ilmu yang boleh membuat pencuri terpaku di tempat. Di dalam buku-buku hadis "Kutubus Sittah" ataupun "kutubut tis'ah", tidak didapati hadis yang menyebutkan doa untuk menangkap pencuri, atau supaya pencuri terpaku di tempat. Kalau untuk membentengi diri dari Jin dan syaitan, atau mengusir jin yang bertapak di dalam tubuh atau di rumah, atau menolak bala ', sihir dan santet, itu memang banyak dan sangat di anjurkan dalam Islam.

Dengan membaca Ayat Kursi umpamanya, atau membaca dua ayat di akhir surah Al-Baqarah, atau membaca mu'awadzatain (surat Al-Falaq dan Surah An-Nas), atau membaca zikir pagi dan petang, atau membaca surat Al Kahfi setiap Jumaat, dn lain-lain yang jelas-jelas diajarkan oleh Islam dan termaktub di dalam buku-buku hadis. Kenapa bukan itu saja yang dipraktikkan dan diajarkan kepada umat Islam? apakah belum cukup apa yang diajarkan oleh Rasulullah saw, sehingga perlu mencari ajaran-ajaran baru yang kita belum tahu sumbernya dan belum jelas kebenarannya.

Kalau terbukti bahawa ilmu-ilmu seperti itu tidak terdapat dalam ajaran Islam, maka seorang muslim tidak boleh ikut-ikutan, walaupun yang mengerjakan itu seorang kyai. Seorang kyai tidak boleh dijadikan standard, kerana dia tidak maksum. Allah berfirman:

"Janganlah engkau mengikuti (sesuatu amalan) yang engkau tidak mengetahui hakikatnya. Sesungguhnya pendengran, penglihatan dan hati ini akan ditanya jawapannya "(QS. Al Isra ': 36)

Ada sebuah cerita menarik yang pernah dimuat salah satu mass media terkenal. Di sebuah daerah di pulau Jawa bahagian Timur, ada seorang kyai yang disegani masyarakat. Ia tidak hanya dikenali sebagai seorang ahli ibadah, tapi juga mempunyai berbagai kelebihan. Ia mampu berjalan di atas air, dan kebal senjata tajam. Di luar dugaan, ia meninggal dunia dalam keadaan tragis, sekujur tubuhnya merah kehitam-hitaman. Ia menjerit-jerit seperti serigala. Sebelum menghembuskan nafasnya yang terakhir ia sempat bertutur, bahawa untuk mempunyai pelbagai "kesaktian" itu, ia harus melakukan transaksi dengan jin. Bentuk transaksi itu sangat sederhana. Setiap malam Jumaat, tepat pukul 12.00 malam, ia harus melakukan hubungan badan dengan jin. Na'udzubillahi min dzalik.

Bahkan yang lebih dahsyat lagi dan membuat setiap orang Islam bulu kuduknya berdiri, apa yang pernah diceritakan orang yang sangat dekat dengan penulis, dan dia mendapatkannya dari seorang kanak-kanak Kyai di salah satu daerah pulau Jawa. Di daerahnya tersebut, terdapat seorang Kiai yang terkenal sangat dermawan dan baik sekali, bahkan dia mengajarkan kepada anaknya perbuatan-perbuatan yang baik, namun yang menjadi soalan kenapa ketika dia meninggal dunia tidak nampak dalam dirinya tanda-tanda khusnul khotimah, justeru yang terdengar adalah jeritan histeria yang keluar dari mulutnya di saat-saat dia menghembuskan nafasnya yang terakhir? Tak pelak, anaknya yang sudah lama terdidik dengan kebaikan-kebakan itu menjadi hairan dan bertanya-tanya, kenapa perkara itu berlaku? Dia teringat bahawa di salah satu sudut rumahnya ada sebuah bilik yang selama ini, dia dan keluarganya tidak boleh tahu apa yang ada dalamnya. Kerana ingin tahu, di dobraklah pintu bilik tersebut ... "astaghfirullah ......!!!!!!!!! betapa terkejutnya anak Kiai besar tadi, di dalam bilik kecil yang angker itu ternyata adalah sebuah tandas dan mushaf Al-Quran yang di penuhi dengan tahi. La haula wala quwwata illa billah .... Ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari syaitan yang terkutuk.

Kalau cerita diatas benar, maka jelas bahawa kyai itu telah murtad dan kafir kerana dia menyembah syaitan dan menghina kitab suci yang dimuliakan oleh kaum muslimin.

Al-Quran dan Hadis Sumber Kemuliaan

Sangatlah tepat apa yang dikatakan Umar bin Khattab, ra - sahabat Rasulullah saw yang terhebat setelah Abu Bakar As-Siddiq ra -: "Kita telah dimuliakan oleh Allah dengan Islam, maka barangsiapa yang mencari kemulian selain daripada Islam, maka Allah akan menghinakannya" Benar, ... Allah telah memuliakan Umar dan para sahabat yang mengikuti petunjuk Islam, Allah telah memuliakan mereka dengan keimanan dan kekuasaan yang mempunyai kawasan sangat luas, bukan hanya Imperium Parsi dan Romawi saja yang ketakutan dengan mereka, bahkan syetanpun lari terbirit-birit ketika bertemu dengan Umar .... Subhanallah!!!. Maka barang siapa diantara umat Islam yang yang mencari kemulian dan kesaktian melalui Syaitan dan Jin, bukannya kemuliaan yang mereka dapatkan, tapi kehinaan di dunia, mereka hidup dibawah ketiak Syaitan dan Jin, dan diinjak-injak dan ditindas oleh penguasa-penguasa kafir (sebagai syaitan -syaitan manusia mereka) ... dan di akhirat akan mendapat azab yang pedih ... na'udzubillahi min dzalik. Maha Benar Allah di dalam Firman-Nya:

"Apakah mereka (orang-orang munafik) mencari kekuasan dan kemulian dari sisi mereka. Sesungguhnya kemulian hanya ada di sisi Allah semata. "(Qs. An Nisa ': 139)

"... Bahkan mereka menyembah jin dan kebanyakan mereka beriman kepada jin tersebut
 (Surah Al Saba ': 41)

Umat ​​Islam Malaysia - khususnya daerah Jawa-hendaknya kembali kepada ajaran Islam yang asli, yang berpunca kepada Al-Quran dan Hadis serta penggunaan para sahabat, dan wajib meninggalkan ilmu-ilmu khurafat yang hanya akan menambah kehinaan demi kehinaan. Tidak ada dalam Islam ilmu hitam, ilmu putih, ilmu hijau, ilmu biru, atau ilmu kuning, tapi hanya ada ilmu Al-Quran dan Hadis serta peranti yang mendukungnya. Tiada pula ilmu aji tunggeng mogok, mantera pelet media merokok, ilmu kenalan, ajian mahabbah, pengasih, ilmu debus, mantra guru sajab. Ilmu-ilmu seperti itu tiada lebih dari peninggalan ajaran-ajaran Hindu dan Budha yang dicampur adukkan dengan Islam sehingga menjadi sesat dan menyesatkan. Wallahu a'lam



PROGRAM SALING BANTU SESAMA INSAN
LIHAT DISINI :http://goo.gl/92gtW


ANDA INGIN MENCARI PENDAPATAN SAMPINGAN?

ANDA INGIN MENCARI PENDAPATAN SAMPINGAN?
ANDA INGIN BEBASKAN DIRI ANDA DARI HUTANG?
ANDA SUKAR MENDAPATKAN TAWARAN PERKERJAAN?

MEMPERKENALKAN PROGRAM YANG HEBAT!
PRODUK² YANG WANTED DI PASARAN!
PLAN KEUNTUNGAN & INSENTIF YANG MENARIK!
PELUANG ANDA MENJANA PENDAPATAN LUMAYAN!

Anda tidak akan rugi kerana modal yang diperlukan hanya modal kecil  saja. Tiada Risiko!
Kini anda mampu untuk memperolehi lebih dari itu dengan

Hari ini kita ada jalan terbaik untuk keluar dari masalah kewangan yang membelenggui hidup kita sekarang. Peluang yang selalunya datang di masa kita tidak bersedia. Hanya mereka yang benar-benar mengambil peluang pasti berjaya. Ramai orang yang telah berjaya mengubah kehidupan dalam masa singkat dengan menceburi perniagaan hebat ini. JANGAN kita hanya MELIHAT dan MENDENGAR tetapi hendaklah kita BERTINDAK segera.

"Sekiranya kita lambat bertindak, esok kehidupan kita tetap sama"

Kunjungi Website saya :
Kerja-Mudah.com
Kerja-Mudah.com
Kerja-Mudah.com
Kerja-Mudah.com
Kerja-Mudah.com
Sukses Selalu!

Friday, March 29, 2013

Tips Memikat Hati Wanita


Cara Memikat Hati Wanita





Cara Memikat Wanita | Tip Memikat Hati Wanita
Anda Ingin Memikat Hati Wanita Idaman…….!!
TAPI tidak tahu atau takut untuk mencuba………!!!
Disini Kami sediakan beberapa tip panduan.

Disini adalah 12 Tip Cara Memikat Wanita untuk membantu memastikan anda tidak membuat kesilapan dengan wanita yang anda suka:



TIP 1 – Anda perlu bercakap mengenai topik “emosi” seperti kenangan zaman kanak-kanak, cita-cita masa depan. Topik-topik perbualan seperti ini akan membuka floodgates emosi beliau.

TIP 2 - Wanita mahu seorang lelaki yang tidak takut untuk memimpin beliau. Ketika bercakap kepada seorang wanita, seharusnya ada kawalan perbualan. Jangan tunggu untuk dia menentukan apa yang anda akan bercakap.

TIP 3 - Beri perhatian kepada isyarat bukan lisan, wanita kurang gemar jika anda berdiri terlalu dekat dengannya, tunjukkan tingkah laku yang bagus semasa bersama wanita pilihan.

TIP 4 - Ingat kata-kata ini “Fun tidak Funny.” selalunya wanita tertarik kepada lelaki yang membolehkan mereka merasa gembira dan tenang. Jangan menumpukan perhatian hanya dengan membuat lawak jenaka sahaja, tidak dinafikan memang ada wanita yang suka lelaki yang agak lucu..tapi perlu diingat, ada juga wanita tidak gemar dengar lawak jenaka yang membosankan, jadi buatlah lawak yang harmonis. Tumpukan apa yang wanita suka, jika boleh terus bertanya, apakah pasangan anda suka.

TIP 5 - Mengusik wanita. Salah satu cara paling mudah untuk mengambil perhatian ke tahap yang menyeronokkan, untuk memulakan mengusik wanita, anda perlu tahu apakah perkara yang baik untuk diusik, jangan silap usik nanti buruk padahnya. Fikirkan kembali kenangan bersama pasangan bagi mengimbas kenangan. Dalam dunia dating … kenangan dapat menguatkan lagi perasaan.

TIP 6 - Dapatkan keintiman dari si dia. Wanita dihidupkan oleh lelaki yang tidak takut untuk mengambil cinta ke tahap peribadi, intim. Perlu diingat dan had kan keimtiman itu kearah yang baik.

TIP 7 - kata-kata yang sejuk dan memikat kerana kata-kata yang sejuk membuatkan hati wanita akan sejuk. Wanita suka mendengar pendapat tentang diri mereka. Beritahu dia apa yang anda suka tentang dia.

TIP 8 - Elakkan membuat perkara yang wanita tidak suka. Wanita dimatikan oleh lelaki yang datang merentasi sebagai “miskin.” Jika anda membuat perkara yang mereka tidak suka terlalu banyak dan kerap, dia akan berfikir yang anda sedang cuba untuk menarik perhatian beliau, yang akan mempunyai kesan yang bertentangan.

TIP 9 - Jika anda ingin tahu bagaimana untuk bercakap dengan wanita dengan cara yang tidak melahirkan mereka. Elakkan bertanya terlalu banyak soalan “temuramah” gaya. Sebaliknya menyatakan pendapat anda dengan harmonis.

TIP 10 - Jangan menyembunyikan identiti anda. Jangan takut untuk bercakap tentang apa sahaja yang anda minati.

TIP 11 - Jangan sekali-kali pujian beliau pada mata, kelihatan beliau, atau badan.

TIP 12 - Katakanlah sesuatu yang membolehkan dia tahu bahawa anda melihat beliau dalam satu cara “seks”. Jika anda tidak lakukan, anda menghadapi risiko penggulungan dalam “zon kawan”.

Cara terbaik untuk berfikir tentang bagaimana untuk bercakap dengan wanita adalah untuk berfikir tentang apa jenis menyeronokkan, suka bermain, dan perbualan seksual yang akan nikmati.

Bercakap kepada seorang wanita tidak sukar. Anda hanya perlu sedar apa yang mereka hendak dari anda. Ikut senarai di atas dan anda akan melakukan yang baik sahaja.

copyright


PROGRAM SALING BANTU SESAMA INSAN
LIHAT DISINI :http://goo.gl/92gtW

Tuesday, March 19, 2013

Kisah Pemerintah Islam menjadi Kuli di Pasar




Di antara banyak peperangan yang paling dahsyat adalah Perang Khandaq. Semasa itu kaum Yahudi Madinah melakukan pengkhianatan dengan musyrikin Mekah yang terdiri atas berbagai golongan, dan bergabung menjadi satu untuk menghancurkan umat Islam di Madinah.

Halangan dilakukan oleh tentara gabungan itu, didukung dengan sabotaj dari dalam oleh orang-orang Yahudi. Umat Madinah sudah mulai dihinggapi kelemahanan dan putus asa, kelaparan dan kehilangan semangat, sementara setiap masa tentera musuh bakal menyerbu dengan sengit.
Dalam kekalutan itulah muncul satu nama ke permukaan, nama yang tadinya tidak terlalu diperhitungkan milik seorang mualaf muda kelahiran negeri Parsi. Ia adalah Salman yang dikenali al Farisi sesuai tanah tumpah darahnya. Pemuda ini menyarankan agar digali parit panjang dan dalam mengelilingi kota Madinah.

Rasulullah menyambut cadangan itu dengan gembira. Dan itulah awal kebangkitan semangat umat Islam untuk mempertahankan kedaulatannya dan awal kehancuran musuh-musuh umat Islam.

Sejak itu nama Salman al Farisi meningkat naik. Di zaman pemerintahan Umar bin Khattab, Salman mendaftarkan diri untuk ikut dalam ekspedisi ketenteraan ke Parsi. Ia ingin membebaskan bangsanya dari genggaman kezaliman Kisra Empayar Parsi yang mencekik rakyatnya dengan penindasan dan kekejaman. Untuk membina istana Iwan Kisra sahaja, ribuan rakyat jelata terpaksa dikorbankan, tidak setitik pun rasa kasihan terselit di hati sang raja.

Di bawah pimpinan Panglima Sa’ad bin Abi Waqash, tentera muslim akhirnya berhasil menduduki Parsi, dan membawa rakyatnya dengan bijaksana menuju kedamaian Islam. Di Qadisiyah, keberanian dan keperwiraan Salman al Farisi sungguh mengagumkan sehingga kawan dan lawan menaruh menaruh hormat padanya.

Tapi bukan itu yang membuat Salman menitiskan air mata keharuan pada waktu ia menerima kedatangan utusan Khalifah dari Madinah. Ia merasa jasanya belum sebesar mana, namun Khalifah telah dengan teguh hati mengeluarkan keputusan bahawa Salman diangkat menjadi amir negeri Madain.


Umar secara bijak telah mengangkat seorang amir yang berasal dari suku dan daerah setempat. Oleh sebab itu ia tidak ingin mengecewakan pimpinan yang memilihnya, lebih-lebih ia tidak ingin dimurkai Allah kerana tidak menunaikan kewajibannya secara bertanggung jawab.

Maka Salman sering berbaur di tengah masyarakat tanpa menampilkan diri sebagai amir. Sehingga banyak yang tidak tahu bahawa yang sedang keluar masuk pasar, yang duduk-duduk di kedai kopi bergaul dengan para kuli itu adalah sang gabenur.

Pada suatu siang yang terik, seorang pedagang dari Syam sedang kesusahan mengurus barang bawaannya. Tiba-tiba ia melihat seorang lelaki bertubuh tegap dengan pakaian lusuh.

Orang itu segera dipanggilnya; “Hai, kuli, kemari! Bawakan barang ini ke kedai di seberang jalan itu.” Tanpa membantah sedikitpun, dengan patuh lelaki berpakaian lusuh itu mengangkut bungkusan berat dan besar tersebut ke kedai yang dituju.

Semasa sedang menyeberang jalan, seseorang mengenali kuli tadi. Ia segera menyapa dengan hormat, “Wahai, Amir. Biarlah saya yang mengangkatnya.” Si pedagang terperanjat lalu bertanya pada orang itu, “Siapa dia?, mengapa seorang kuli kau panggil Amir?”.

Ia menjawab, “Tidak tahukah Tuan , kalau orang itu adalah gabernur kami?”. Dengan rasa cemas lalu membongkok-bongkok ia memohon maaf pada ‘ kuli upahannya’ yang ternyata adalah Salman al Farisi .

“Ampunilah saya, Tuan. Sungguh saya tidak tahu. Tuan adalah amir negeri Madain, “ ucap si pedagang. “ Letakkanlah barang itu, Tuan. Biarlah saya yang mengangkutnya sendiri.” Salman menggeleng, “Tidak, pekerjaan ini sudah aku sanggupi, dan aku akan membawanya sampai ke kedai yang kau maksudkan.”

Setelah sekujur badannya penuh dengan keringat, Salman meletak barang bawaannya di kedai itu, ia kemudian berkata, “Kerja ini tidak ada hubungannya dengan jawatanku. Aku sudah menerima dengan rela perintahmu untuk mengangkat barang ini kemari. Aku wajib melaksanakannya hingga selesai. Bukankah merupakan kewajiban setiap umat Islam untuk meringankan beban saudaranya?”

Pedagang itu hanya menggeleng. Ia tidak mengerti bagaimana seorang berpangkat tinggi bersedia disuruh sebagai kuli. Mengapa tidak ada pengawal atau tanda-tanda kebesaran yang menunjukkan kalau ia seorang gabernur?.

Ia barangkali belum tahu, begitulah seharusnya sikap seorang pemimpin menurut ajaran Islam. Tidak bersombong diri dengan kedudukannya, malah merendah di depan rakyatnya. Kerana pada hakikatnya, ketinggian martabat pemimpin justeru datang dari rakyat dan bawahannya.

(Sumber: Kisah Orang-orang Sabar Karangan Nasiruddin M. Ag/Pz)
http://baca-blogspot.blogspot.com/


PROGRAM SALING BANTU SESAMA INSAN
LIHAT DISINI :http://goo.gl/92gtW

13 BEBERAPA FAKTA MENGENAI JIN


Fakta tentang Jin


1) Jin berasal dari Jan (Bapak Jin) dan gelarannya Azazil. Dicipta dari api (biru), dan telah beramal puluh ribu tahun lamanya .

2) Apabila Allah swt. memerintahkannya supaya tunduk menghormati Nabi Adam, mereka telah ingkar. Allah swt. melaknat dan perintah turun ke bumi.

Jin terbahagi kepada dua iaitu Jin Islam dan Syaitan.

3) Jin Islam pula terbahagi kepada dua iaitu Jin Islam(Soleh) dan Jin Tidak Islam (Tidak Soleh).
Syaitan yang turun kesemuanya jahat (tidak Islam).

4) Makanannya dari Api (Asap). Itu sebab orang-orang Melayu dilarang mengunakan kemenyan kerana Jin paling suka dengan asap yang busuk. Tetapi orang-orang melayu
ini degil, suka sangat dengan asap kemenyan. Beliau menambah, orang-orang yang suka hisap rokok itu, adik-beradik jin lah tuu.

5) Temp at tinggal Jin seperti di awan , sungai, hutan, lombong, laut, tempat-tempat tinggi (KLCC), tandas dan kubur.

6) Beliau menasihat apabila ingin buang air di perjalanan (contohnya jalan raya), perlu baca " SalaMun, ' Ala Sulaiman, Fil 'alamin."

Mengikut sirahnya jin sangat takut dengan Nabi Sulaiman. Orang-orang Melayu suka sangat membaca ucapan, "Ampun Datuk, Anak cucu tumpang lalu" Masa bila pulak jin dapat pangkat datuk. Dan masa bila pula, kita jadi cucu cicit jin !!!!

7) Jin tidak mengetahui akan alam ghaib, itu sebab jika ada dukun atau bomoh yang tahu menilik-nilik nasib, pembohong.... ." Sirahnya apabila Nabi Sulaiman, memerintahkan jin untuk membina istananya, sehingga Nabi Sulaiman meninggal pun jin tidak perasan/tahu.
Semasa itu Nabi Sulaiman duduk di kerusinya dengan tongkat k ayu . Dan jin tekun membuat kerja di hadapan-nya. Sehingga anai-anai memakan tongkatnya dan tongkat tersebut reput dan jatuh serta Nabi Sulaiman pun jatuh, maka barulah tahu oleh jin bahawa Nabi Sulaiman telah mangkat.

8) Manusia juga dilarang membuang air di lombong-lombong yang airnya tenang, terutama di waktu tengah malam.. Jin suka mandi di situ, waktu itu. Di larang juga buang air di lubang-lubang (tanah).

9) Rumah-rumah yang lama tidak berpenghuni atau rumah yang baru siap belum duduk lagi, jin suka tinggal di situ. Sebelum duduk rumah baru, di galakkan membaca surah Al-Baqarah, sehingga habis. Jin lari selama 3 hari. Tidak perlu tepung tawar bagai.... orang melayu suka sangat menepung tawar !!!

10) Jika budak menangis tengah-tengah malam, azankan 7 ~ 10 kali, jika tidak bacakan ayat Kursi dengan cara 9 kali henti (tekniknya) sebab beliau pernah jumpa orang
yang di rasuk.


11) Jin tidak boleh menyakiti kita, apalagi membunuh. Kerana mereka tidak mempunyai fizikal seperti manusia.

Apa buktinya : Anda  pernah bomoh atau kumpulan pemburu hantu memasukkan jin ke  dalam botol?  Dan sebesar apapun jinnya tetap boleh dimasukkan ke dalam botol. ( sesuai dalam ayat suci Al Quran bahawa jin dapat memasuki dan tinggal kedalam aliran darah manusia, dan itu dibenarkan, dengan adanya kerasukan)

12) Jin islam paling susah untuk diusir. Yup, jin pun mempunyai perbezaan agama,.Itu hak mereka tiada siapa yang melarang .
Kenapaaa? Cubalah sendiri,  baca ayat Al Quran pada orang yang sedang dirasuk, dia lebih hafal lagi,

13) Suara jin memang pelik dan agak keras, seperti bergelombang. dan tidak lancar.




Terapi Ayat Ruqyah Syariah yang dapat menenangkan minda ,aura dan diri serta menghindarkan jin dari memasuki saluran darah kita..



PROGRAM SALING BANTU SESAMA INSAN
LIHAT DISINI :http://goo.gl/92gtW

Misteri Lagenda Naga Tasik Chini


Tasik Chini merupakan tasik air tawar yang yang kedua terbesar di Malaysia. Tasik ini menyimpan satu kisah lagenda apabila sering dikaitkan dengan penemuan seekor naga di sini.




Melayukini.net – Misteri Lagenda Naga Tasik Chini | Sejak dari dahulu lagi kisah naga di Tasik Chini sering menjadi sebutan sehinggalah sekarang. Kisah naga terlalu sinonim dengan tasik air tawar kedua terbesar di Malaysia selepas Tasik Bera iaitu Tasik Chini. Beratus tahun telah berlalu, namun lagenda ini masih terus melingkari penduduk setempat. Pelbagai kisah telah diceritakan berkaitan misteri di kawasan ini. Walaubagaimanapun, kita tidaklah diminta untuk mempercayainya seratus peratus.

Kisah 1
” Peneroka Felda Chini 2, Bahasan Abdullah,51, berkata kewujudan naga di Tasik Chini memang benar kerana dia sendiri pernah melihatnya pada 1986.Walaupun mungkin ada menganggap apa yang dikatakannya itu sebagai dongeng, tetapi peristiwa yang berlaku dalam hidupnya membuktikan sebaliknya. “Ketika itu, saya mengangkat jaring ikan di kawasan Laut Gumum tetapi tersangkut ular besar di situ dan berhasrat membebaskannya.
“Bagaimanapun, selepas melihat ular itu seperti melawan, saya kemudian menetak kepalanya hingga terkulai mati. “Saya meletakkan ular itu dalam sampan dan terkejut kerana melihat darahnya seperti darah manusia, begitu banyak dan kemudian mencampakkannya ke tasik,” katanya.
Bahasan berkata, ketika bahagian hujung jaring diangkat, seekor lagi ular daripada spesies sama tersangkut di situ dan dia juga turut membunuh ular berkenaan. Katanya, ketika menaiki sampan menuju ke pangkalan bot pada kira-kira jam 10 pagi, secara tiba-tiba dia melihat tiga lengkungan badan naga yang sangat besar muncul di permukaan air.”Walaupun jaraknya jauh dan hanya beberapa minit, tetapi saya melihat jelas badan naga berwarna hitam itu sangat besar dan ombak yang terhasil juga sangat kuat. “Ketika itu, dua lelaki Indonesia yang sedang mandi di tepi tasik itu turut melihat kejadian itu dan bergegas naik kerana ombak terlalu kuat,” katanya.Bahasan berkata, sekembalinya ke rumah, kepalanya berasa gatal dan pada hari ketiga, kesan gatal di kepala itu akhirnya menjadi seperti debu.
“Tidak lama kemudian, seluruh badan saya menjadi lemah dan dijangkiti penyakit seperti kudis melepuh berair yang berbau hanyir.”Lebih 30 bomoh saya temui di seluruh negara untuk mengubat penyakit misteri ini tetapi gagal, malah saya pernah dimasukkan ke hospital selama 20 hari pada 1988 tetapi doktor mengesahkan saya tidak berpenyakit,” katanya. Bahasan berkata, penyakit itu turut menyebabkan isterinya lari meninggalkannya. Katanya, seorang bomoh di Terengganu yang ditemuinya memaklumkan penyakit itu hanya akan sembuh dengan usaha dirinya sendiri.
“Saya menderita penyakit ini selama 13 tahun dan hanya sembuh selepas saya nekad pergi semula ke kawasan saya menemui ular itu dulu.”Saya berdoa pada Allah dan mengambil air Tasik Chini yang dicampurkan dengan tanah tasik, kemudian disapu ke seluruh badan. “Rawatan itu saya buat setiap hari dan bersyukur akhirnya sembuh juga tetapi kenangan itu meninggalkan kesan mendalam dalam hidup saya yang mungkin terkena sumpahan naga di situ,” katanya.”

Kisah 2
Berdasarkan cerita rakyat, seekor naga besar dikenali Naga Seri Gumum, dikatakan menghuni Tasik Chini dan kisah itu turut dipaparkan pada papan tanda besar yang diletakkan di Tasik Chini Resort untuk dibaca pelancong yang datang ke situ.Menurut cerita orang tua-tua, satu ketika dahulu, sekumpulan Orang Asli suku Jakun datang ke kawasan hutan tebal, lalu meneroka dan membuka tanah di situ untuk bercucuk tanam.
Pada satu hari, ketika kumpulan Orang Asli itu berkumpul untuk bercucuk tanam, tiba-tiba muncul seorang wanita bertongkat dan memberitahu, tempat berkenaan adalah miliknya dan mereka perlu meminta izin sebelum menerokanya. Bagaimanapun, wanita itu akhirnya mengizinkan mereka membersihkan kawasan itu selepas Tok Batin meminta maaf dan bagi menguatkan tuntutannya, wanita berkenaan mencacakkan tongkatnya di tengah kawasan yang diterokai itu sambil memberi amaran supaya tidak mencabutnya sebelum dia menghilangkan diri. Kumpulan itu terus bercucuk tanam sehingga tiba-tiba mereka diganggu dengan salakkan anjing di pinggir kawasan yang dibersihkan.
Seorang daripada mereka mengambil keputusan untuk mencari puncanya dan terkejut apabila mendapati bunyi salakkan itu datang daripada sebatang kayu hitam besar yang lapuk. Lalu dia membaling tugalnya (kayu tajam untuk membuat lubang tanaman) ke arah batang kayu itu dan terperanjat apabila melihat darah memancut keluar daripada kayu hitam berkenaan. Dengan gementar dia terus berlari dan menceritakan hal ganjil itu kepada rakannya, tetapi rakan²nya tidak mempercayainya.
Ketika itu juga awan hitam menyelubungi angkasa, diikuti guruh dan kilat sebelum hujan lebat. Kumpulan Orang Asli itu berpecah sambil bertempiaran lari mencari perlindungan dan dalam keadaan kelam kabut, seorang daripada mereka mencabut kayu yang dicacakkan wanita tadi. Ketika itu serta merta air memancut keluar daripada lubang itu, bumi mula bergegar dan membenamkan kawasan yang dibersihkan tadi dan takungan air hujan itu menjadi sebuah tasik dikenali sebagai Tasik Chini.
Dongeng orang tempatan mengatakan kayu itu adalah jelmaan seekor naga dikenali sebagai Naga Sri Gumum dan kawasan alur yang terdapat di sekitarnya adalah kesan laluan Orang Asli dahulu ketika cuba menyelamatkan diri. Cerita lagenda itu menjadi buah mulut daripada masyarakat dahulu sehingga sekarang walaupun Tasik Chini itu seluas 12,565 hektar termasuk kawasan hutan sekitarnya sudah melalui proses pembangunan sehingga menjadi tempat rekreasi yang menarik. Kawasan Tasik Chini mempunyai 12 laut mengelilinginya iaitu Laut Gumum, Pulau Balai, Chenahan, Tanjung Jerangkung, Genting Teratai, Mempitih, Kenawar, Serodong, Melai, Batu Busuk, Labuh dan Jemberau.

Kisah 3
BERATUS tahun lamanya legenda naga mengisi pemikiran dan kepercayaan Orang Asli yang berumah di sekitar Tasik Chini, Pekan, Pahang. Namun bagi Tok Batin Kampung Tanjong Puput, Bahrain Sunta, 54, dia tidak pernah melihat dengan matanya sendiri kelibat sang naga yang disebut-sebut itu. Yang dia tahu, ada yang memanggil haiwan itu Seri Gumum, Seri Pahang, Seri Pekan atau Seri Daik.
Bagaimanapun, katanya, tidak menyaksikannya sendiri bukan bermakna dia tidak mempercayai legenda itu. ”Saya memang tak pernah jumpa (naga). Tetapi saya percaya ia wujud. Kalau disebut naga, itu betul, harus percaya walaupun tidak melihatnya dengan mata sendiri.
“Anak saya pernah ternampak seekor naga pada tahun 2000. Katanya dia tengok badan dan kepalanya. ”Empat tahun kemudian, seorang anak kecil nampak naga itu meluru dengan muncungnya menghala ke arahnya. Apabila anak itu menjerit, kelibat makhluk itu terus hilang.
“Budak itu ceritakan kepada kami tentang mukanya yang sebesar kepala lembu. Menakutkan! Anak itu trauma sampailah demam,” kenang Bahrain.
Malah sebelum itu, ketua keluarga di Tanjong Puput ini sudah banyak kali menyaksikan penduduk kampung lari lintang-pukang kononnya ternampak makhluk misteri itu. Mengakui mendengar kisah itu daripada nenek moyangnya melalui penceritaan dari mulut ke mulut, Bahrain turut menggunakan pendekatan yang sama terhadap anak-anaknya.
“Ia diperturunkan sebagai satu sejarah. Tujuannya ialah supaya anak-anak berhati-hati ketika menghampiri air,” ujar bapa kepada 12 orang anak yang berumur antara 10 hingga 30 tahun ini.
Bahrain tidak pula menganggap mereka yang mendakwa pernah melihat naga itu sebagai memiliki kelebihan atau keistimewaan.
“Sudah nasib mereka untuk jumpa naga itu. Saya percaya ada orang tertentu saja yang boleh nampak, bukan semua orang. Tetapi mereka tidak ada kelebihan apa-apa berbanding orang lain,” kata Bahrain. Penduduk kampung juga tidak pernah risau memikirkan tentang sang naga.
“Ia bukan ancaman untuk kami. Belum pernah lagi ia mengganggu kami. Hanya sekali-sekala dilihat di permukaan air,” sambungnya.
Menurut Bahrain, tiada sebarang upacara dibuat untuk ‘mententeramkan’ haiwan itu, jauh sekali memujanya. Yang pasti, penduduk Tanjung Puput hidup seperti biasa, jauh daripada ketakutan terhadap seekor naga yang entahkan ada entahkan tidak.
Bahrain berkata, sudah ada antara anak kampung yang berjaya melanjutkan pelajaran hingga ke peringkat universiti. ”Seorang sudah habis belajar dan sekarang menjadi pengurus Risda di Sungai Terpai, Pahang. ”Ada juga yang sedang belajar di Universiti Putra Malaysia,” jelas Bahrain. Namun dia juga mengakui ramai anak kampung yang tidak lagi menyambung pelajaran selepas tamat sekolah menengah.
Pandangan dilempar ke pondok terbuka bersebelahan. Sekumpulan wanita sedang asyik meraut batang kayu renyah, gedomba dan relung untuk menghasilkan sumpit. Sima yang merupakan isteri Bahrain, cukup bersahaja melakukannya.
“Inilah aktiviti kami setiap hari. Yang perempuan buat kerja-kerja kraf atau masuk ke hutan mencari produk hutan. ”Yang lelaki masuk ke hutan untuk berburu atau ke laut mencari ikan,” katanya yang menjelaskan perkataan laut sebenarnya merujuk kepada bahagian-bahagian tasik di sini.
Kemas dan halus saja buatannya. Mengukir motif daun bertangkai untuk menghiasi hasil kraf itu, Sima berkata setiap wanita boleh menyudahkan dua batang sumpit dalam sehari mengikut kemahiran masing-masing. Alat yang suatu ketika dahulu dihasilkan sebagai senjata kini lebih cenderung dijadikan alat perhiasan. Jika dahulu ia terdiri daripada kayu sepenuhnya, kini bahagian dalamnya sudah berlapik besi.
“Dulu kami dapatkan sumber sepenuhnya dari hutan. Namun sekarang kami beli hampir separuh daripadanya dari pekan,” ujarnya yang menambah, barangan yang dihasilkan dijual sehingga ke pasaran Indonesia manakala harganya ditentukan mengikut kepanjangnya. Selain sumpit, mereka turut membuat bekas pensel dan perahu kecil untuk mainan kanak-kanak.
Langsung tidak membuatkan kami berasa jauh di pedalaman, Sima mudah saja berkongsi bahawa legenda naga tidak banyak mempengaruhi kehidupan seharian mereka. Lima keluarga yang dianggotai lebih lapan orang setiap satunya meneruskan hidup di kampung ini tanpa rasa terhimpit dengan legenda yang masih ‘bernyawa’ itu.
Di sebuah lagi pondok terbuka, tiga orang wanita muda sedang rancak bermain batu seremban atau selambut. Membaling-balingkan bungkusan kecil pasir ke udara, kedengaran gelak tawa mengekek penuh keseronokan. Namun, tatkala kami menghampiri, masing-masing mendiamkan diri. Mungkin malu agaknya.

Kisah 4
Sebuah lagi lagenda Tasik Chini adalah berkenaan kota purba Khmer (Thai-Kampuchea) yang tenggelam di situ. Misteri ini mungkin akan diperjelaskan tidak lama lagi setelah penemuan beberapa artifak yang seakan-akan buatan Khmer purba, serta kemungkinan tapak asas binaan di dasar Tasik Chini ketika penyelidikan dijalankan baru-baru ini. Ramai juga membuat spekulasi mengenai pokok teratai di situ, kerana teratai adalah sebahagian unsur kebudayaan purba di Asia Tenggara yang didominasi agama Hindu serta Buddha – tambahan pula di lain-lain tasik di seluruh Malaysia, tiada teratai yang tumbuh secara semula jadi. Ada yang berpendapat bahawa teratai Tasik Chini tumbuh meliar lanjutan teratai yang dahulunya disemai oleh penghuni kota Tasik Chini yang tenggelam.

Melayukini.net - Walaupun ada yang berpendapat ia hanyalah sebuah cerita dongeng, namun cerita-cerita orang Melayu dahulu adakalanya betul. Seperti yang disebutkan di atas, tiada paksaan untuk kita mempercayainya seratus peratus. Walaubagaimanapun Tasik Chini memang tidak lari dari dikaitkan dengan seekor naga di tasik tersebut.



PROGRAM SALING BANTU SESAMA INSAN
LIHAT DISINI :http://goo.gl/92gtW


Sunday, March 17, 2013

Jumlah Zikir disebut dlm Sunnah


Beberapa jumlah zikir yang disebut dalam sunnah
Dalam beberapa hadis ada disebutkan tentang berapa jumlah zikir yang dianjurkan untuk dibaca dalam solat, setelah solat ataupun di luar solat. Mulai dari bacaan 1 kali, 3 kali, 7 kali, 10 kali, 33 kali dan lainnya. Berikut ini akan disebutkan jumlah-jumlah yang secara jelas dianjurkan oleh hadis untuk dibaca lebih dari seratus kali. Sekaligus ia bertentangan dengan pendapat sebagian masayarakat yang 'mengharamkan' membaca zikir dengan jumlah tertentu.

Ironisnya ada di antara mereka yang 'mengharamkan membaca zikir dengan jumlah-jumlah yang tertentu, tetapi ada yang mengaku dirinya sebagai ahli hadis. Dikatakan bahawa bilangan terbanyak untuk zikir yang disebutkan dalam sunnah adalah seratus kali sahaja. Oleh itu, jika seseorang membaca zikir tertentu dengan kiraan lebih dari seratus kali maka hukumnya haram. Hasbunallah.

a) Al-Imam Ahmad ibn Hanbal meriwayatkan dari sahabat ‘Abdullah ibn ‘Amr bahwa Rasulullah saw bersabda;

مَنْ قَالَ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَىْءٍ قَدِيْرٌ مِائَتَيْ مَرَّةٍ فِيْ يَوْمٍ لَمْ يَسْبِقْهُ أَحَدٌ كَانَ قَبْلَهُ وَلاَ يُدْرِكُهُ أَحَدٌ بَعْدَهُ إِلاَّ بِأَفْضَلَ مِنْ عَمَلِهِ" قَالَ الْحَافِظُ الْهَيْثَمِيُّ: رَوَاهُ أَحْمَدُ وَالطَّبَرَانِيُّ إِلاَّ أَنَّهُ قَالَ: فِيْ كُلِّ يَوْمٍ" وَرِجَالُ أَحْمَدَ ثِقَاتٌ.

“Barang siapa membaca: “La Ilaha Illallahu Wahdahu La Syarika Lahu Lahu al-Mulku Wa Lahu al-Hamdu Wa Huwa ‘Ala Kulli Syai’in Qadir” sebanyak dua ratus kali dalam sehari, maka tidak ada seorangpun sebelumnya yang bisa mendahuluinya dan tidak ada seorang-pun setelahnya yang bisa menyamainya, kecuali orang yang melakukan amal yang lebih afdlal darinya”. (Al-Hafizh al-Haytsami berkata: Hadits ini diriwayatkan oleh Ahmad dan ath-Thabarani. Hanya saja dalam riwayat ath-Thabarani lafazhnya adalah “Fi Kulli Yaum…”. Dan perawi-perawi riwayat Ahmad adalah orang-orang tsiqat (Orang-orang terpercaya).

b) Al-Imam an-Nasa-i meriwayatkan dalam kitab ‘Amal al-Yaum Wa al-Lailah bahwa Rasulullah bersabda;
مَنْ قَالَ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَىْءٍ قَدِيْرٌ مِائَةَ مَرَّةٍ إِذَا أَصْبَحَ وَمِائَةَ مَرَّةٍ إِذَا أَمْسَى لَمْ يَأْتِ أَحَدٌ بِأَفْضَلَ مِنْه إِلاَّ مَنْ قَالَ أَفْضَلَ مِنْ ذَلِكَ.

“Barangsiapa membaca: “La Ilaha Illallahu Wahdahu La Syarika Lahu, Lahu al-Mulku Wa Lahu al-Hamdu Wa Huwa ‘Ala Kulli Syai’in Qadir” sebanyak seratus kali di pagi hari, dan seratus kali di sore hari, maka tidak ada seorangpun yang bisa mengunggulinya, kecuali orang yang membaca lebih afdlal darinya”.

c) Dalam riwayat lainnya dalam kitab ‘Amal al-Yaum Wa al-Lailah', Al-Imam an-Nasa-i juga meriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda;

مَنْ قَالَ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَىْءٍ قَدِيْرٌ مِائَتي مَرَّةٍ لَمْ يُدْرِكْهُ أَحَدٌ بَعْدَهُ إِلاَّ مَنْ قَالَ مِثْلَ مَا قَالَ أَوْ أَفْضَلَ.

“Barangsiapa membaca: “La Ilaha Illallahu Wahdahu La Syarika Lahu, Lahu al-Mulku Wa Lahu al-Hamdu Wa Huwa ‘Ala Kulli Syai’in Qadir” sebanyak sebanyak dua ratus kali, maka tidak ada seorangpun setelahnya yang bisa menyamainya, kecuali orang yang membaca sama dengan yang dibacanya atau yang lebih afdlal darinya”.

d) Dalam kitab ‘Amal al-Yaum Wa al-Lailah' Al-Imam an-Nasa-i juga meriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda;

مَنْ قَالَ فِيْ يَوْمٍ مِائَتَيْ مَرَّةٍ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَىْءٍ قَدِيْرٌ لَمْ يَسْبِقْهُ أَحَدٌ كَانَ قَبْلَهُ وَلاَ يُدْرِكُهُ أَحَدٌ كَانَ بَعْدَهُ إِلاَّ مَنْ عَمِلَ أَفْضَلَ مِنْ عَمَلِهِ.

“Barangsiapa membaca: “La Ilaha Illallahu Wahdahu La Syarika Lahu Lahu al-Mulku Wa Lahu al-Hamdu Wa Huwa ‘Ala Kulli Syai’in Qadir” sebanyak sebanyak dua ratus kali dalam sehari, maka tidak ada seorangpun sebelumnya yang bisa mendahuluinya dan tidak ada seorang-pun setelahnya yang bisa menyamainya, kecuali orang yang melakukan amal yang lebih afdal dari amalnya”.

e) Al-Imam Muslim meriwayatkan dalam sohehnya dari sahabat Abu Hurairah bahawa Rasulullah bersabda;

مَنْ قَالَ حِيْنَ يُصْبِحُ وَحِيْنَ يُمْسِيْ: سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ مِائَةَ مَرَّةٍ، لَمْ يَأْتِ أَحَدٌ يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِأَفْضَلَ مِمَّا جَاءَ بِهِ إِلاَّ أَحَدٌ قَالَ مِثْلَ مَا قَالَ أَوْ زَادَ عَلَيْهِ (رواه مسلم)

“Barangsiapa membaca di pagi dan petang hari: “Subhanallah Wa Bihamdih” sebanyak seratus kali, maka tidak ada seorangpun di hari kiamat nanti yang bisa mengunggulinya kecuali orang yang membaca seperti yang dibacanya atau lebih banyak darinya”. -  HR. Muslim

f) Al-Imam Ahmad ibn Hanbal meriwayatkan dari Ummu Hani’ binti Abu Thalib, bahwa ia (Ummu Hani’) berkata: “Suatu ketika aku bertemu dengan Rasulullah. Aku berkata: “Wahai Rasulullah, aku ini sudah tua dan mulai lemah, karenanya perintahkan aku dengan suatu amalan yang bisa aku kerjakan sambil duduk”.Kemudian Rasulullah berkata: “Bacalah;

سَبِّحِيْ اللهَ مِائَةَ تَسْبِيْحَةٍ فَإِنَّهَا تَعْدِلُ لَكِ مِائَةَ رَقَبَةٍ تُعْتِقِيْنَهَا مِنْ وَلَدِ إِسْمَاعِيْلَ، وَاحْمَدِيْ اللهَ مِائَةَ تَحْمِيْدَةٍ تَعْدِلُ لَكِ مِائَةَ فَرَسٍ مُسَرَّجَةً مُلْجَمَةً تَحْمِلِيْنَ عَلَيْهَا فِيْ سَبِيْلِ اللهِ، وَكَبِّرِيْ اللهَ مِائَةَ تَكْبِيْرَةٍ فَإِنَّهَا تَعْدِلُ لَكِ مِائَةَ بَدَنَةٍ مُقَلَّدَةً مُتَقَبَّلَةً، وَهَلِّلِيْ اللهَ مِائَةَ تَهْلِيْلَةٍ تَمْلَأُ مَا بَيْنَ السَّمَاءِ وَالأَرْضِ، وَلاَ يُرْفَعُ يَوْمَئِذٍ لأَحَدٍ عَمَلٌ إِلاَّ أَنْ يَأْتِيَ بِمِثْلِ مَا أَتَيْتِ بِهِ (حسّن إسنادَه الحافظ الهيثميّ والحافظ المنذريّ في الترغيب والترهيب)

“Bacalah tasbih seratus kali, sungguh itu sebanding dengan seratus budak yang engkau merdekakan dari anak keturunan Nabi Isma’il. Bacalah hamdalah seratus kali, sungguh itu sebanding dengan seratus ekor kuda berpelana dan dikekang yang membawa perbekalan perang di jalan Allah. Bacalah takbir seratus kali, sungguh itu sebanding dengan seratus unta yang engkau sedekahkan dan diterima oleh Allah. Dan bacalah tahlil seratus kali, maka ia akan memenuhi antara langit dan bumi. Dan pada hari itu tidak ada amal seorang-pun yang diunggulkan atas kamu kecuali orang yang melakukan seperti yang engkau lakukan”.   -  Hadis ini dihasankan oleh al-Hafizh al-Haitsami dan al-Hafizh al-Mundziri dalam kitabnya at-Targhib Wa at-Tarhib.


Faedah Hadis

Hadis-hadis ini menunjukkan ada beberapa jumlah untuk dizikir zikir tertentu; seratus atau dua ratus kali, tanpa melarang jika dilebihkan - bahkan ia dianjurkan. Di akhir hadis tersebut disebutkan bahawa yang bisa menyamai orang-orang yang berzikir dengan bilangan-bilangan tersebut adalah orang yang berzikir dengan jumlah yang sama atau lebih banyak dari pada itu. Ertinya dianjurkan untuk berdzikir dengan jumlah yang lebih banyak dari yang disebutkan. Oleh kerana para ulama kita yang merupakan Ahl al-‘Ilm Wa al-Fahm berkata:

“Adanya hadis-hadis yang dianjur untuk membaca zikir tertentu dengan bilangan tertentu tidak bererti haram jika kita berzikir kurang dari bilangan tersebut atau lebih darinya. Apa yang dimaksud oleh hadis-hadis tersebut adalah untuk menunjukkan keutamaan tertentu, bagi zikir tertentu, dengan jumlah tertentu pula. Sementara itu dari sudut lain banyak sekali ayat dan hadis-hadis yang secara mutlak menganjurkan zikir tanpa menyebutkan jumlah atau bilangan tertentu. Bahkan banyak ayat dan hadis-hadis yang menunjukkan anjuran untuk berzikir sebanyak-banyaknya”.

Dengan demikian berzikir dengan jumlah berapa pun adalah diperbolehkan, kerana anjuran untuk memperbanyakkan zikir bersifat umum tanpa dibatasi oleh bilangan tertentu. Allah berfirman;

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اذْكُرُوا اللَّهَ ذِكْرًا كَثِيرًا، وَسَبِّحُوهُ بُكْرَةً وَأَصِيلًا (الأحزاب: 41-42)

“Wahai orang-orang beriman, berzikirlah kalian (menyebut nama Allah), dengan zikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya di waktu pagi dan petang” -  surah al-Ahzab: 41-42

Dalam ayat lain, Allah berfirman;

(وَالذَّاكِرِينَ اللَّهَ كَثِيرًا وَالذَّاكِرَاتِ أَعَدَّ اللَّهُ لَهُمْ مَغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمً (الأحزاب: 35

“Laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar”.  - surah al-Ahzab: 35

Dalam sebuah hadis, Rasulullah bersabda;
أَكْثِرْ مِنْ قَوْلِ لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ (رواه ابن أبي شيبة وحسّن إسناده الحافظ ابن حجر)

“Perbanyaklah membaca “La Haula Wa La Quwwata Illa Billah”. - HR Ibn Abi Syaibah dan dinilai Hasan oleh al-Hafizh Ibn Hajar

Dalam hadis lain Rasulullah bersabda;

اِسْتَكْثِرُوْا مِنَ البَاقِيَاتِ الصَّالِحَاتِ ، قيل :وَمَا هِيَ يَا رَسُوْلَ اللهِ ؟ قَالَ: التَّكْبِيْرُ وَالتَّهْلِيْلُ وَالتَّحْمِيْدُ وَالتَّسْبِيْحُ وَ لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ (رواه ابن حبان والحاكم وصحّحاه وأحمد وأبو يعلى وإسناده حسن)

“Perbanyaklah oleh kalian dari al-Baqiyat ash-Shalihat! Kemudian ditanyakan kepada Rasulullah: Apakah al-Baqiyat ash-Shalihat itu wahai Rasulullah? Beliau menjawab: “Takbir, Tahlil, Tahmid, Tasbih dan La Haula Wa La Quwwata Illa Billah”.   -  HR. Ibn Hibban, al-Hakim dan keduanya menyatakan soheh. Juga diriwayatkan oleh Ahmad dan Abu Ya’la dengan sanad yang hasan.

Kedua ayat dan kedua hadis tersebut menganjurkan untuk diperbanyak zikir tanpa dibatasi dengan bilangan tertentu. Melainkan dengan sebanyak mana yang diinginkan. Banyak - bererti ratusan atau ribuan. Dengan demikian boleh bagi seseorang untuk merutinkan zikir tertentu dengan bilangan tertentu, baik ratusan, ribuan, lebih dari pada itu, atau kurang dari pada itu. Bukankah amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah yang ditetapkan berterusan meskipun sedikit. Rasulullah bersabda;

وَإِنَّ أَحَبَّ الأَعْمَالِ إِلَى اللهِ مَا دُوْوِمَ عَلَيْهِ وَإِنْ قَلَّ (أخرجه مسلم في صحيحه)

“Dan sesungguhnya amal yang paling dicintai oleh Allah adalah yang terus menerus dirutinkan meskipun sedikit”. - HR. Muslim

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahawa dalam berzikir boleh dengan bilangan tertentu seperti jumlah yang disebutkan dalam hadits. Juga boleh berzikir dengan bilangan yang ia tentukan sendiri, yang ia rutinkannya. Boleh juga berzikir sebanyak-banyaknya berapa pun jumlahnya tanpa batas tertentu, atau bahkan tanpa dikira sekalipun.


Berzikir Menggunakan Tasbih

Al-Muhaddits asy-Syekh as-Sayyid ‘Abdullah al-Ghumari dalam Itqan ash-Shan’ah Fi Tahqiq Ma’na al-Bid’ah, menuliskan sebagai berikut:

وَالسُّبْحَةُ تَضْبِطُ الأَعْدَادَ الْمَأْثُوْرَةَ، وَلِلْوَسَائِلِ حُكْمُ الْمَقَاصِدِ، فَالسُّبْحَةُ مَشْرُوْعَةٌ.

“Tasbih bisa mengira jumlah zikir yang dianjurkan dalam sunah. Oleh kerana alat-alat untuk ibadah memiliki hukum yang sama dengan tujuannya sendiri; iaitu ibadah, maka tasbih juga disyari’atkan (ertinya, kerana zikir disyari’atkan maka alat untuk berzikir-pun mesti disyari’atkan)” [Itqan ash-Shun’ah, h. 45].

Para ulama menyatakan bahwa berzikir dengan menggunakan tasbih hukumnya boleh berdasarkan hadis-hadis berikut;

a) Hadits riwayat Sa’d ibn Abi Waqas bahawa dia bersama Rasulullah melihat seorang perempuan sedang berzikir. Di depan perempuan tersebut terdapat biji-bijian atau kerikil yang dia digunakan untuk mengira zikirnya. Lalu Rasulullah berkata kepadanya;

أُخْبِرُكِ بِمَا هُوَ أَيْسَرُعَلَيْكِ مِنْ هَذَا أَوْ أَفْضَلُ، سُبْحَانَ اللهِ عَدَدَ مَا خَلَقَ فِيْ السَّمَاءِ وَسُبْحَانَ اللهِ عَدَدَ مَا خَلَقَ فِيْ الأَرْضِ وَسُبْحَانَ اللهِ عَدَدَ مَا بَيْنَ ذلِكَ وَسُبْحَانَ اللهِ عَدَدَ مَا هُوَ خَالِقٌ وَاللهُ أَكْبَرُ مِثْلَ ذلِكَ وَالْحَمْدُ لله مِثْلَ ذلِكَ وَلاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ مِثْلَ ذلِكَ وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ مِثْلَ ذلِكَ (رواه الترمذي وحسّنه وصحّحه ابن حبّان والحاكم وحسّنه الحافظ ابن حجر في تخريج الأذكار)

“Aku beritahu kamu cara yang lebih mudah dari ini atau lebih afdal. Bacalah:“Subhanallah ‘Adada Ma Khalaqa Fi as-Sama’, Subhanallah ‘Adada Ma Khalaqa Fi al-Ardl, Subhanallah ‘Adada Ma Baina Dzalika, Subhanallah ‘Adada Ma Huwa Khaliq”,(Subhanallah - maha suci Allah- sebanyak makhluk yang Dia ciptakan di langit, Subhanallah sebanyak makhluk yang Dia ciptakan di bumi, Subhanallah sebanyak makhluk yang Dia ciptakan di antara langit dan bumi, Subhanallah sebanyak semua makhluk yang Dia ciptakan). Kemudian baca “Allahu Akbar” seperti itu. Lalu baca “Alhamdulillah” seperti itu. Dan baca “La Ilaha Illallah” seperti itu. Serta baca “La Hawla Wala Quwwata Illa Billah” seperti itu.  -  HR. at-Tirmidzi dan dinilainya Hasan. Dinyatakan Shahih oleh Ibn Hibban dan al-Hakim. Serta dinilai Hasan oleh al-Hafizh Ibn Hajar dalam Takhrij al-Adzkar.

b) Hadits diriwayatkan dari Umm al-Mukminin, salah seorang isteri Rasulullah bernama Shafiyyah. Bahawa beliau (Shafiyyah) berkata;

دَخَلَ عَلَيَّ رَسُوْلُ اللهِ صَلّى اللهُ عَليهِ وَسَلّمَ وَبَيْنَ يَدَيَّ أَرْبَعَةُ آلاَفِ نَوَاةٍ أُسَبِّحُ بِهَا، فَقَالَ: لَقَدْ سَبَّحْتِ بِهَذَا؟ أَلاَ أُعَلِّمُكِ بِأَكْثَرَ مِمَّا سَبَّحْتِ بِهِ؟ فَقَالَتْ: عَلِّمْنِيْ، فَقَالَ: قُوْلِيْ سُبْحَانَ اللهِ عَدَدَ مَا خَلَقَ مِنْ شَىْءٍ (رواه الترمذي والحاكم والطبرانيّ وغيرهم وحسّنه الحافظ ابن حجر في تخريج الأذكار)

“Suatu ketika Rasulullah menemuiku dan ketika itu ada di hadapanku empat ribu biji-bijian yang aku gunakan untuk berzikir. Lalu Rasulullah berkata: Kamu telah bertasbih dengan biji-bijian ini? Maukah kamu aku ajari yang lebih banyak dari ini? Shafiyyah menjawab: Iya, ajarkanlah kepadaku. Lalu Rasulullah bersabda: “Bacalah:“Subhanallah ‘Adada Ma Khalaqa Min Sya’i”  -  HR. at-Tirmidzi, al-Hakim, ath-Thabarani dan lainnya, dan dihasankan oleh al-Hafizh Ibn Hajar dalam kitab Nata-ij al-Afkar Fi Takhrij al-Adzkar.


Faedah Hadis

Dalam dua hadis ini Rasulullah mendiamkan, ertinya menyetujui (iqrar), dan tidak mengingkari sahabat yang berzikir dengan biji-bijian dan kerikil tersebut. Rasulullah hanya menunjukkan kepada yang lebih afdal dari menghitung zikir dengan biji-bijian atau kerikil. Dan ketika Rasulullah menunjukkan kepada sesuatu yang lebih afdal (al-afdlal), hal ini bukan bererti untuk menafikan yang sudah ada(al-mafdlul). Ertinya, yang sudah adapun (al-mafdlul) boleh dilakukan.

Dari iqrar Rasulullah ini dapat diambil dalil bahawa bertasbih dengan kerikil atau biji-bijian ada keutamaan atau faedah pahalanya. Seandainya tidak ada keutamaan, bererti Rasulullah menyetujui ibadah yang sia-sia, yang tidak berpahala, dan jelas hal ini tidak mungkin terjadi. Rasulullah tidak akan mendiamkan sesuatu yang tidak ada gunanya.

Syekh Mulla ‘Ali al-Qari ketika menjelaskan hadits Sa’d ibn Abi Waqas di atas, dalam kitab Syarh al-Misykat, menuliskan sebagai berikut;

وَهذَا أَصْلٌ صَحِيْحٌ لِتَجْوِيْزِ السُّبْحَةِ بِتَقْرِيْرِهِ صَلّى اللهُ عَليْهِ وَسَلّمَ فَإِنَّهُ فِيْ مَعْنَاهَا، إِذْ لاَ فَرْقَ بَيْنَ الْمَنْظُوْمَةِ وَالْمَنْثُوْرَةِ فِيْمَا يُعَدُّ بِهِ.

“Ini adalah dasar yang soheh untuk membolehkan penggunaan tasbih, kerana tasbih ini semakna dengan biji-bijian dan kerikil tersebut. Kerana tidak ada bezanya antara yang tersusun rapi (diuntai dengan tali) atau yang terpencar (tidak teruntai) bahawa setiap itu semua adalah alat untuk menghitung zikir” [Syarh al-Misykat, j. 3, h. 54].

c) Hadits ‘Ali bin Abi Thalib bahwa Rasulullah bersabda;

نِعْمَ الْمُذَكِّرُ السُّبْحَةُ (رواه الديلميّ في مسند الفردوس)

“Sebaik-baik pengingat kepada Allah adalah tasbih”  - HR. ad-Dailami dalam Musnad al-Firdaus
Faedah Hadits:

Hadis ini adalah hadis dho’if. Hadits ini bukan maudlu’ (palsu) seperti yang dikatakan oleh Nashiruddin al-Albani. Hadis ini mendukung dua hadis soheh di atas yang membolehkan kita bertasbih dengan tasbih. Maka hadis ini boleh dimaknai: bahwa “Sebaik-baik pengingat kepada Allah adalah alat zikir yang dinamakan tasbih”.

Al-Muhaddits asy-Syekh ‘Abdullah al-Harari dalam risalahnya berjudul at-Ta’aqqub al-Hatsits ‘Ala Man Tha’ana Fima Shahha Min al-Hadits, menuliskan sebagai berikut;
ثُمَّ حَاصِلُ بَحْثِنَا أَنَّ الَّذِيْ تُعْطِيْهِ الْقَوَاعِدُ الْحَدِيْثِيَّةُ أَنَّ حَدِيْثَ: نِعْمَ الْمُذَكِّرُ السُّبْحَةُ ضَعِيْفٌ بِهذَا السَّنَدِ لَكِنَّهُ لاَ يُمْنَعُ الْعَمَلُ بِهِ، وَإِنَّمَا يُمْنَعُ الْعَمَلُ بِالضَّعِيْفِسِوَى الْمَوْضُوْعِ- إِذَا كَانَ شَدِيْدَ الضَّعْفِ وَهُوَ الَّذِيْ يَنْفَرِدُ بِهِ كَذَّابٌ، أَوْ مُتَّهَمٌ بِالْكَذِبِ، أَوْ مَنْ فَحُشَ غَلَطُهُ، فَهذَا السَّنَدُ لاَ يُعْلَمُ فِيْهِ أَحَدٌ مِنْ هؤُلاَءِ، وَلاَ نَصَّ أَحَدٌ مِنَ الْحُفَّاظِ بِهذَا التَّفَرُّدِ فِيْهِ، وَيَنْطَبِقُ عَلَيْهِ الشَّرْطُ الآخَرُ وَهُوَ الدُّخُوْلُ تَحْتَ أَصْلٍ عَامٍّ. وَالأَصْلُ العَامُّ هُنَا مَا يُؤْخَذُ مِنْ حَدِيْثِ التَّسْبِيْحِ بِالْحَصَى مِنْ صِحَّةِ الاسْتِعَانَةِ عَلَى الضَّبْطِ لِلْعَدَدِ بِكُلِّ مَا هُوَ فِيْ مَعْنَاهَا، فَلاَ مَانِعَ مِنْ جِهَةِ الْحَدِيْثِ مِنَ الْعَمَلِ، عَلَى أَنَّهُ قَدْ جَوَّزَ الْعَمَلَ بِالْحَدِيْثِ الضَّعِيْفِ مِنْ غَيْرِ قَيْدٍ بَعْضُ أَهْلِ الْحَدِيْثِ كَأَحْمَدَ بْنِ حَنْبَلٍ وَأَبِيْ دَاوُدَ وَابْنِ مَهْدِيٍّ وَابْنِ الْمُبَارَكِ كَمَا فِيْ التَّدْرِيْبِ وَغَيْرِهِ مِنْ كُتُبِ الاصْطِلاَحِ.

“Kemudian kesimpulan pembahasan kita sesuai kaedah-kaedah ilmu hadis, bahawa hadits “Ni’ma al-Mudzkkir as-Subhah” adalah dho’if dengan sanad ini. Tetapi tidaklah dilarang mengamalkan hadis ini. Melainkan yang dilarang adalah mengamalkan hadits dho'if -selain maudlu’ (palsu)- apabila hadis tersebut sangat lemah (Syadid adl-dho’if). Hadis yang sangat lemah adalah hadits yang hanya diriwayatkan oleh seorang kadzdzab (pendusta), atau dituduh berdusta atau sangat parah kesalahannya dalam meriwayatkan hadis. Sedangkan dalam sanad hadis ini tidak terdapat perawi-perawi seperti itu, dan tidak ada seorang ahli hadis pun yang menyatakan adanya tafarrud di dalamnya (hanya diriwayatkan oleh perawi dengan sifat-sifat yang disebutkan).

"Dalam hadits ini juga terdapat syarat lain (untuk dibolehkan mengamalkan hadis dho’if yang bukan maudlu’ dan bukan Syadid adl-dho'if), iaitu masuk dalam dalil umum. Dan dalil umum dalam masalah ini diambil dari hadis bertasbih dengan kerikil dari sisi bahawa dibenarkan menggunakan alat untuk mengira jumlah zikir dengan apapun yang semakna dengan kerikil. Jadi jika dilihat keadaan hadits ini, tidak ada larangan untuk mengamalkannya. Apalagi ada sebagian ahli hadit\s seperti Al-Imam Ahmad ibn Hanbal, Abu Dawud, Ibn Mahdi, Ibn al-Mubarak yang membolehkan mengamalkan hadits dho’if tanpa syarat atau ketentuan apapun seperti disebutkan dalam Tadrib ar-Rawi dan buku-buku ilmu Musthalah al-Hadits yang lain” [at-Ta’qqub al-Hatsits, h. 64-65].

Al-Muhaddits asy-Syekh ‘Abdullah al-Ghumari dalam 'Itqan ash-Shun’ah Fi Tahqiq Ma’na al-Bid’ah', hlm. 45-46, menegaskan bahawa ketika orang berzikir menggunakan biji-bijian, kerikil atau tasbih, sesungguhnya dia menghitung zikir dengan jari-jari tangannya juga, kerana dia menggunakan jari-jarinya untuk mengambil dan memegang biji-bijian atau kerikil tersebut.

Ia juga menggunakan jari-jemarinya untuk menggerakkan dan memutar tasbih tersebut. Ini bererti ia memperoleh pahala seperti halnya apabila dia hanya menggunakan jari-jarinya untuk menghitung zikir tersebut. Dengan menghitung zikir dengan biji-bijian, kerikil atau tasbih, bererti masuk dalam kesunnahan berzikir dengan menggunakan jari-jari tangan yang disebutkan dalam hadits Yusairah[Itqan ash-Shun’ah, h. 45-46]. Dalam hadits Yusairah ini Rasulullah bersabda;

عَلَيْكُنَّ بِالتَّسْبِيْحِ وَالتَّهْلِيْلِ وَالتَّقْدِيْسِ، وَلاَ تَغْفُلْنَ فَتَنْسَيْنَ الرَّحْمَةَ، وَاعْقِدْنَ بِالأَنَامِلِ فَإِنَّهُنَّ مَسْئُوْلاَتٌ مُسْتَنْطَقَاتٌ (أخرجه ابن أبي شيبة وأبو داود والترمذيّ)

“Bacalah oleh kalian tasbih, tahlil dan taqdis, dan jangan lupa memohon rahmat Allah, dan hitunglah dengan jari-jari tangan kerana nanti di akhirat jari-jari tersebut akan ditanya dan nantinya akan berbicara dan menjawab”. -  HR. Ibn Abi Syaibah, Abu Dawud dan at-Tirmidzi


Antara Menghitung Zikir Dengan Jari Atau Tasbih

Zikir yang dibaca oleh seseorang jika dihitung dengan jari-jari tangan kanan itu lebih afdal. Ia adalah yang dianjurkan oleh Rasulullah (warid) dengan perkataan dan dengan perbuatannya sendiri. Sebagaimana diriwayatkan oleh ‘Abdullah ibn ‘Umar bahawa Rasulullah ketika bertasbih baginda menghitungnya dengan jari-jari tangan kanannya  -  HR. Abu Dawud, at-Tirmidzi, al-Hakim dan al-Baihaqi dalam Sunan-nya.

Namun demikian, hal ini bukan bererti menghitung zikir dengan sesuatu yang lain itu dikira sebagai tidak boleh, walaupun memang yang lebih afdal ialah menghitung dengan jari-jari tangan. Dengan dalil bahawa suatu ketika Rasulullah mendapati salah seorang isterinya yang bernama Shafiyah meletakkan empat ribu biji kurma di hadapannya yang digunakan untuk menghitung tasbihnya (HR. at-Tirmidzi, al-Hakim, ath-Thabarani dan lainnya). Dalam hadits ini Rasulullah tidak melarang, serta tidak mengingkari perbuatan Shafiyyah tersebut. Rasulullah hanya menunjukkan kepada Shafiyah terhadap yang lebih mudah dan lebih afdlal, seperti yang telah kita kemukakan di atas dengan dalil-dalilnya.

Demikian juga ada beberapa sahabat lain yang menghitung bacaan zikirnya dengan biji kurma, kerikil atau benang yang disimpulkan. Di antaranya sahabat Abu Shafiyyah; salah seorang bekas budak Rasulullah, sebagaimana diriwayatkan oleh al-Imam Ahmad ibn Hanbal dalam kitab az-Zuhd, dan kitab al-Jami’ fi al-‘Ilal wa Ma’rifat ar-Rijal. Juga seperti yang diriwayatkan oleh al-Imam al-Baghawi dalam kitab Mu’jam ash-Shahabah. Termasuk di antaranya sahabat Sa’d ibn Abi Waqas, sebagaimana diriwayatkan oleh Ibn Abi Syaibah dalam kitab al-Mushannaf, dan Ibn Sa’d dalam kitab ath-Thabaqaat. Juga di antaranya sahabat Abu Hurairah, seperti yang diriwayatkan oleh ‘Abdullah ibn Ahmad dalam kitab Zawaa-id az-Zuhd, al-Hafizh Abu Nu’aim dalam kitab Hilyah al-Auliya’, serta diriwayatkan adz-Dzahabi dalam kitab Tadzkirah al-Huffazh dan kitab Siyar A’lam an-Nubala’. Kemudian pula di antaranya sahabat Abu ad-Darda’, sebagaimana diriwayatkan oleh al-Imam Ahmad ibn Hanbal dalam kitab az-Zuhd, dan lainnya.

Dari sini para ulama menyimpulkan bahawa hukum menghitung zikir dengan tasbih atau semacamnya adalah boleh, tidak haram, walaupun yang lebih baik (afdhal)menghitungnya dengan jari tangan kanan. Hukum yang serupa dengan ini adalah tentang solat rawatib al-Faraidl (Qabliyyah dan Ba’diyyah). Bahawa yang lebih afdhal solat sunnah rawatib tersebut dilaksanakan di rumah, namun bukan bererti haram jika solat sunnah tersebut dilakukan di mesjid.

Bahkan al-Faqih al-‘Allamah Ibn Hajar al-Haitami dalam kitab al-Fatawa al-Kubra al-Fiqhiyyah, menuliskan bahawa sebagian ulama telah merinci tentang keutamaan berzikir antara dengan jari-jari atau dengan untaian tasbih. Beliau menuliskan sebagai berikut:
إِنْ أَمِنَ الْمُسَبِّحُ الْغَلَطَ كَانَ عَقْدُهُ بِالأَنَامِلِ أَفْضَلَ، وَإِلاَّ فَالسُّبْحَةُ أَفْضَلُ.

“Jika orang yang berzikir tidak khuatir salah kira maka mengira zikir dengan jari-jari tangan hukumnya lebih afdhal. Namun jika ia khuatir salah hitung maka menghitung dengan tasbih lebih afdhal” [al-Fatwa al-Kubra, j. 1, h. 152].

Amaliah para ulama salaf dan khalaf

Berikut ini sebahagian para ulama alaf dan para ulama khalaf yang berzikir menggunakan kerikil, biji kurma, atau semacam ikatan yang disimpulkan menjadi untaian tasbih. Di antaranya ialah:

i. Shafiyyah. Beliau adalah Umm al-Mu’minin, salah seorang isteri Rasulullah. Dalam mengira zikir beliau menggunakan biji-biji kurma atau kerikil-kerikil seperti yang telah disebutkan. Hadis ini diriwayatkan oleh at-Tirmidzi, al-Hakim, dan ath-Thabarani.

ii. Abu Shafiyyah. Beliau adalah salah seorang bekas budak Rasulullah. Dalam menghitung zikirnya beliau menggunakan batu kerikil atau biji kurma. Hadis ini dituturkan oleh al-Imam al-Baghawi dalam kitab Mu’jam ash-Shahabah, al-Hafizh Ibn ‘Asa-kir dalam kitab Tarikh Dimasyq, al-Imam Ahmad ibn Hanbal dalam kitab az-Zuhd dan kitab al-Jami’ Fi al-‘Ilal Wa Ma’rifah ar-Rijal, al-Imam al-Bukhari dalam kitab at-Tarikh al-Kabir, al-Imam Ibn Abi Hatim dalam kitab al-Jarh Wa at-Ta’dil, Ibn Sayyid an-Nas dalam kitab ‘Uyun al-Atsar, al-Imam al-Baihaqi dalam kitab Syu’ab al-Iman, dan Ibn Katsir dalam al-Bidayah Wa an-Nihayah.

iii. Sa’ad ibn Abi Waqas. Beliau adalah salah seorang sahabat Rasulullah yang terkemuka. Dalam berzikir beliau menggunakan kerikil dan biji-biji kurma. Diriwayatkan oleh Ibn Sa’d dalam kitab ath-Thabaqat al-Kubra, dan Ibn Abi Syaibah dalam kitab al-Mushannaf.

iv. Abu Hurairah. Sahabat Rasulullah terkemuka ini memiliki benang dengan simpulannya sebanyak dua ribu bundelan. Sebelum tidur beliau berzikir dengan menggunakan alat ini hingga selesai. Hadis ini diriwayatkan oleh Abu Nu’aim dalam kitab Hilyah al-Awliya’, ‘Abdullah ibn Ahmad dalam kitab Zawa-id az-Zuhd, adz-Dzahabi dalam kitab Tadzkirah al-Huffazh dan Siyar A’lam an-Nubala’. Juga diriwayatkan bahwa Abu Hurairah berzikir dengan mempergunakan biji kurma atau kerikil sebagaimana disebutkan oleh Abu Dawud dalam kitab Sunan, dan Ahmad ibn Hanbal dalam kitab Musnad.

v. Abu ad-Darda’. Sahabat Rasulullah ini berzikir dengan biji kurma ‘Ajwah, sebagaimana diriwayatkan oleh al-Imam Ahmad ibn Hanbal dalam kitab az-Zuhd.

vi. Abu Sa’id al-Khudri. Sahabat Rasulullah ini berdzikir dengan biji-bijian seperti yang dituturkan oleh Ibn Abi Syaibah dalam kitab al-Mushannaf.

vii. Abu Muslim al-Khaulani, sebagaimana dituturkan oleh Abu al-Qasim ath-Thabari.

viii. Al-Imam al-Junaid al-Baghdadi. Beliau adalah pemimpin kaum sufi (Sayyid ath-Tha’ifah ash-Shufiyyah). Dalam berdzikir beliau mempergunakan untaian tasbih, sebagaimana dituturkan oleh Ibn Khallikan dalam kitab Wafayat al-A’yan, al-Hafizh al-Khathib al-Baghdadi dalam kitab Tarikh Baghdad, dan al-Qadli ‘Iyadl dalam kitabal-Ghun-yah --Fahrasah Syuyukh al-Qadli ‘Iyadl--).

ix. Al-Hafizh al-Muhaddits al-Mujtahid Yahya ibn Sa’id al-Qaththan. Beliau adalah ulama terkemuka yang telah mencapai darjat mujtahid mutlak. (w 198 H). dalam berzikir selalu mempergunakan untaian tasbih, seperti yang dituturkan oleh adz-Dzahabi dalam kitab Tadzkirah al-Huffazh dan kitab Siyar A’lam an-Nubala’.

x. Al-Hafizh Ibn Hajar al-‘Asqalani. Ahli hadis terkemuka yang digelar dengan “Amir al-Mu’minin Fi al-Hadis”. Dalam berdzikir beliau mempergunakan untaian tasbih, sebagaimana diituturkan oleh muridnya sendiri, iaitu al-Hafizh as-Sakhawi dalam kitab al-Jawahir Wa ad-Durar.
xi. Abu Sa’id ‘Abd as-Salam ibn Sa’id ibn Hubaib al-Maliki (w 240 H) yang lebih dikenal dengan nama Sahnun. Beliau mengalungkan tasbih di lehernya dan berzikir dengannya, seperti yang dituturkan oleh adz-Dzahabi dalam Siyar A’lam an-Nubala’.
xii. Al-Kharsyi al-Maliki (w 1101 H). Penulis Hasyiyah ‘Ala Mukhtashar Khalil, atau yang disebut dengan Hasyiyah al-Kharsyi.


Pendapat sebahagian ulama tentang tasbih

A. Perkataan al-Junaid al-Baghdadi. Al-Qadli ‘Iyadl al-Maliki dalam kitab al-Ghun-yah, (Fahrasat Syuyukh al-Qadli ‘Iyadl). (Kitab berisi tentang guru-guru al-Qadli ‘Iyadl sendiri), meriwayatkan dari salah seorang gurunya, bahAwa guru al-Qadli ‘Iyadl ini berkata:
سَمِعْتُ أَبَا إِسْحَاقَ الْحَبَّالَ يَقُوْلُ: سَمِعْتُ أَبَا الْحَسَنِ بْنَ الْمُرْتَفِقَ الصُّوْفِيَّ يَقُوْلُ: سَمِعْتُ أَبَا عَمْرِو بْنَ عَلْوَانَ وَقَدْ رَأَيْتُ فِيْ يَدِهِ سُبْحَةً فَقُلْتُ: يَا أُسْتَاذُ مَعَ عَظِيْمِ إِشَارَتِكَ وَسَنِيِّ عِبَارَتِكَ وَأَنْتَ مَعَ السُّبْحَةِ فَقَالَ لِيْ: كَذَا رَأَيْتُ الْجُنَيْدَ بْنَ مُحَمَّدٍ وَفِيْ يَدِهِ سُبْحَةٌ فَسَأَلْتُهُ عَمَّا سَأَلْتَنِيْ عَنْهُ فَقَالَ لِيْ: كَذَا رَأَيْتُ أُسْتَاذِيْ بِشْرَ بْنَ الْحَارِثِ وَفِيْ يَدِهِ سُبْحَةٌ فَسَأَلْتُهُ عَمَّا سَأَلْتَنِيْ عَنْهُ فَقَالَ لِيْ: كَذَا رَأَيْتُ عَامِرَ بْنَ شُعَيْبٍ وَفِيْ يَدِهِ سُبْحَةٌ فَسَأَلْتُهُ عَمَّا سَأَلْتَنِيْ عَنْهُ فَقَالَ لِيْ: كَذَا رَأَيْتُ أُسْتَاذِيْ الْحَسَنَ بْنَ أَبِيْ الْحَسَنِ الْبِصْرِيَّ وَفِيْ يَدِهِ سُبْحَةٌ فَسَأَلْتُهُ عَمَّا سَأَلْتَنِيْ عَنْهُ فَقَالَ لِيْ: يَا بُنَيَّ، هذَا شَىْءٌ كُنَّا اسْتَعْمَلْنَاهُ فِيْ الْبِدَايَاتِ مَا كُنَّا بِالَّذِيْ نَتْرُكُهُ فِيْ النِّهَايَاتِ، أُحِبُّ أَنْ أَذْكُرَ اللهَ تَعَالَى بِقَلْبِيْ وَيَدِيْ وَلِسَانِيْ.

“Aku mendengar Abu Ishaq al-Habbal berkata: Aku mendengar Abu al-Hasan ibn al-Murtafiq ash-Shufi berkata: Aku mendengar Abu ‘Amr ibn ‘Alwan berkata ketika aku melihat tasbih di tangannya dan aku berkata kepadanya: “Wahai Guruku, dengan keagungan isyaratmu dan ketinggian tutur katamu masih juga-kah engkau menggunakan tasbih.”.

Beliau berkata kepadaku: “Demikian ini aku melihat al-Junaid ibn Muhammad dan di tangannya ada tasbih, lalu aku bertanya kepadanya tentang apa yang engkau tanyakan kepadaku, maka al-Junaid berkata kepadaku: Demikian ini aku melihat guruku Bisyr ibn al-Harits dan di tangannya ada tasbih, lalu aku bertanya kepadanya tentang apa yang engkau tanyakan kepadaku, maka Bisyr berkata kepadaku: Demikian ini aku melihat ‘Amir ibn Syu’aib dan di tangannya ada tasbih, lalu aku bertanya kepadanya tentang apa yang engkau tanyakan kepadaku, maka ‘Amir berkata kepadaku: Demikian ini aku melihat guruku; al-Hasan ibn Abu al-Hasan al-Bashri dan di tangannya ada tasbih, lalu aku bertanya kepadanya tentang apa yang engkau tanyakan kepadaku, maka al-Hasan berkata kepadaku: “Wahai anak-ku, tasbih ini adalah alat yang kita pakai saat kita memulai mujahadah kita, dan kita tidak akan pernah meninggalkannya di saat kita telah sampai pada puncak tingkatan kita sekarang. Aku ingin berzikir; menyebut Allah dengan hati, tangan dan lidahku” [al-Ghunyah, h. 180-181].

B. al-Imam an-Nawawi (w 676 H) dalam kitab Tahdzib al-Asma’ Wa al-Lughat, menuliskan sebagai berikut:
وَالسُّبْحَةُ بِضَمِّ السَّيْنِ وَإِسْكَانِ الْبَاءِ خَرَزٌ مَنْظُوْمَةٌ يُسَبَّحُ بِهَا مَعْرُوْفَةٌ تَعْتَادُهَا أَهْلُ الْخَيْرِ مَأْخُوْذَةٌ مِنَ التَّسْبِيْحِ.

“Subhah - dengan harakat dlammah pada huruf sin dan ba’ yang di-sukun-kan - adalah sesuatu yang dirangkai dan digunakan untuk berzikir, umum diketahui dan biasa digunakan oleh Ahl al-Khair. Subhah diambil dari kata Tasbih” [Tahdzib al-Asma’ Wa al-Lughat, j. 3, h. 143-144].

Mari kita renungkan perkataan al-Imam an-Nawawi: “Ta’taduha Ahl al-Khair”, Ertinya; Tasbih adalah alat yang biasa digunakan oleh Ahl al-Khair, yakni biasa digunakan oleh para Atqiya’, orang-orang yang mulia dan orang-orang soleh, serta lainnya. Demikian juga para wali Allah menggunakannya. Apakah layak bila di kemudian hari ada orang berkata: “Menggunakan tasbih adalah kebiasaan ahli bid’ah dan orang-orang musyrik?!”. Hasbunallah.
C. al-‘Allamah asy-Syaikh Ibn ‘Allan dalam Syarh al-Adzkar, menulis;

وَحَاصِلُ ذلِكَ أَنَّ اسْتِعْمَالَهَا فِيْ أَعْدَادِ الأَذْكَارِ الْكَثِيْرَةِ -الَّتِيْ يُلْهِيْ الاشْتِغَالُ بِهَا عَنْ التَّوَجُّهِ لِلذِّكْرِ- أَفْضَلُ مِنَ الْعَقْدِ بِالأَنَامِلِ وَنَحْوِهِ، وَالْعَقْدُ بِالأَنَامِلِ فِيْمَا لاَ يَحْصُلُ فِيْهِ ذلِكَ سِيَّمَا الأَذْكَارُ عَقِبَ الصَّلاَةِ وَنَحْوُهَا أََفْضَلُ، وَاللهُ أَعْلَمُ.

“Kesimpulannya, bahawa menggunakan tasbih dalam bilangan atau jumlah dzikir yang banyak - yang jika seseorang sibuk dengan bilangan yang banyak tersebut hingga dia tidak dapat konsentrasi dalam zikir- hal itu lebih afdal daripada menghitung dengan jari-jari tangan dsb. Sedangkan menghitung dengan jari-jari tangan dalam zikir yang tidak mengganggu konsentrasinya, apa lagi seperti zikir selepas solat dsb, maka itu lebih afdal (dari pada menghitung dengan tasbih)” [Syarah al-Adzkar, j. 1, h. 252].

Ada banyak daripada para ulama kita yang membolehkan berzikir dengan mempergunakan tasbih. Bahkan banyak pula di antara mereka yang menulis karangan khusus tentang kebolehan berzikir dengan tasbih ini. Di antaranya adalah: al-Hafizh as-Suyuthi yang telah menulis risalah berjudul al-Minhah Fi as-Subhah, al-Hafizh Ibn Thulun menulis al-Mulhah Fima Warada Fi Ashl as-Subhah, Ibn Hamdun dalam Hasyiyah-nya, Ibn Hajar al-Haytami dalam al-Fatawa al-Kubra al-Fiqhiyyah, al-Muhaddits Muhammad Ibn ‘Allan ash-Shiddiqi asy-Syafi’i dalam I-qad al-Mashabih Li Masyru’iyyah Ittikhadz al-Masabih, Muhammad Amin ibn ‘Umar yang lebih dikenal dengan nama Ibn ‘Abidin dalam Hasyiyah Radd al-Muhtar ‘Ala ad-Durr al-Mukhtar, al-Muhaddits Syekh ‘Abdullah al-Ghumari dalam Itqan ash-Shan’ah Fi Tahqiq MA’na al-Bid’ah, al-Hafizh al-Muhaddits asy-Syekh ‘Abdullah al-Harari dalamat-Ta’aqqub al-Hatsits dan Nushrah at-Ta’aqqub, serta masih banyak para ulama lainnya.


Kalangan yang membid’ahkan dan mengharamkan tasbih

Sebagian kalangan yang mengharamkan penggunaan tasbih secara membabi buta kerana kebodohannya berkata: “Memakai tasbih adalah kebiasaan dan lambang orang-orang Nasrani”

Jawapannya:

Hasbunallah. Pernyataan seperti ini melampau dan sangat berlebih-lebihan. Tidak pernah ada seorang ulama pun yang mengatakan seperti ini. Bahkan orang Islam awam sekalipun tidak berani mengatakan demikian. Sebaliknya, seluruh ulama salaf dan ulama khalaf mengatakan boleh berzikir dengan menggunakan tasbih, dan banyak di antara mereka yang mengamalkannya.

Para ulama dari empat mazhab, para ulama hadis, para ahli sufi dan para ulama Ahlussunnah Wal Jama’ah, semuanya sepakat membolehkan penggunaan tasbih dalam hitungan zikir. Adapun golongan yang menyempal, seperti Wahhabiyyah yang mengharamkan penggunaan tasbih dalam berzikir dan menganggapnya sebagai bid’ah yang sesat, adalah faham ekstrim yang baru datang di waktu kebelakangan ini saja. Jelas, faham semacam ini menyalahi apa yang telah diyakini oleh sebilangan besar umat Islam. [Lihat betapa bid'ahnya “ahli bid’ah” terhadap orang-orang yang mempergunakan tasbih, diungkapkan oleh salah seorang pemuka Wahhabiyyah, bernama ‘Abdullah ibn Muhammad ibn Abd al-Wahhab, dalam buku berjudul al-Hadiyyah as-Saniyyah, h. 47]

Padahal al-Imam as-Suyuthi dalam risalah al-Minhah Fi as-Subhah menuliskan sebagai berikut:

وَقَدْ اِتَّخَذَ السُّبْحَةَ سَادَاتٌ يُشَارُ إِلَيْهِمْ وَيُؤْخَذُ عَنْهُمْ وَيُعْتَمَدُ عَلَيْهِمْ كَأَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، كَانَ لَهُ خَيْطٌ فِيْهِ أَلْفَا عُقْدَةٍ فَكَانَ لاَ يَنَامُ حَتَّى يُسَبِّحَ بِهِ ثِنْتَيْ عَشْرَةَ أَلْفَ تَسْبِيْحَةٍ، قَالَهُ عِكْرِمَةُ. وَفِيْ مَوْضِعٍ ءَاخَرَ: وَلَمْ يُنْقَلْ عَنْ أَحَدٍ مِنَ السَّلَفِ وَلاَ مِنَ الْخَلَفِ الْمَنْعُ مِنْ جَوَازِ عَدِّ الذِّكْرِ بِالسُّبْحَةِ، بَلْ كَانَ أَكْثَرُهُمْ يَعُدُّوْنَهُ بِهَا وَلاَ يَرَوْنَ ذلِكَ مَكْرُوْهًا.

“Tasbih ini telah dipakai oleh para panutan kita, tokoh-tokoh ternama, ulama-ulama sumber ilmu dan sandaran umat seperti sahabat Abu Hurairah. Beliau punya benang yang memiliki dua ribu bundelan. Beliau tidak beranjak tidur hingga berzikir dengannya sebanyak dua belas ribu kali, seperti diriwayatkan oleh ‘Ikrimah”.

Di halaman lain as-Suyuthi berkata: “Tidak pernah dinukil dari seorangpun, dari ulama salaf dan ulama khalaf yang melarang menghitung dzikir dengan tasbih. Melainkan kebanyakan ulama justru menghitung zikir dengan menggunakan tasbih, dan mereka tidak mengganggap hal itu sebagai perkara makruh”.

Dengan demikian, para panutan kita terdahulu seperti yang disinggung oleh al-Imam as-Suyuthi di atas, baik dari kalangan sahabat Nabi, para tabi’in dan generasi-generasi setelah mereka, yang di antara mereka adalah para ulama atqiya’ dan solihin, mereka semua banyak yang mempergunakan tasbih dalam menghitung bilangan zikirnya.

Dari sini kita katakan kepada mereka yang mengharamkan penggunaan tasbih:

“Apakah kamu akan mengatakan bahawa jajaran para ulama salaf dan para ulama khalaf tersebut sebagai orang-orang yang menyerupakan diri dengan kaum Nasrani dan menghidupkan lambang-lambang mereka? Tidakkah kamu punya rasa malu? Siapakah kamu hingga begitu berani berkata seperti itu? Apakah menurut kamu bahawa para ulama yang membolehkan dan mempergunakan tasbih, seperti al-Hasan al-Bashri, al-Junaid al-Baghdadi, an-Nawawi, Ibn Hajar al-‘Asqalani, as-Suyuthi, Ibn Hajar al-Haitami dan lainnya, bahawa mereka semua tidak memahami agama.

Apakah menurut kamu bahawa mereka tidak mengetahui hadis mana yang soheh dan hadis mana yang dho’if?! Apakah menurut kamu berpendapat bahawa mereka semua tidak bisa membezakan antara sunnah dan bid’ah?! Seharusnya kamu menyedari bahawa sebenarnya kamu sendiri yang layak disebut sebagai “Ahli Bid’ah”.